Lima Makanan Indonesia Ini Laris Manis di China
- VIVA / Renne
VIVA – Belakangan ini tidak hanya produk-produk "Made in China" yang menyerbu Indonesia. Negeri "Tembok Besar" pun kini mulai menggandrungi produk-produk buatan Indonesia, terutama di sektor makanan dan minuman olahan.
Duta Besar Indonesia untuk China, Djauhari Oratmangun, mengungkapkan ada beberapa produk makanan asal Indonesia yang digandrungi konsumen di China. "Saya mencatat ada lima produk makanan yang laris manis di China," ujarnya saat menerima kunjungan jurnalis VIVA di Beijing.
"Ini salah satunya, kerupuk udang. Dan juga ini, wafer," kata Djauhari sambil tersenyum saat menunjukkan dua produk makanan ringan asal Indonesia di ruang kerjanya.
"Berikutnya, kopi instan. Ini menarik, padahal orang-orang China lebih suka minum teh. Namun, belakangan ini, kaum muda di sini juga menggandrungi kopi sebagai gaya hidup. Dan kopi instan impor dari Indonesia ini yang juga mereka sukai," kata mantan Dubes RI untuk Rusia itu sambil menunjukkan sebungkus kopi instan berlogo kapal.
Walau dikenal sebagai bangsa pelopor kuliner mi, warga China pun menggandrungi mi instan. Bicara mi instan, produk asal Indonesia pun termasuk yang favorit dilirik.
"Dan satu produk lagi yang laku keras asal Indonesia adalah sarang burung walet. Sekitar 70 persen impor sarang burung walet asal China berasal dari Indonesia," ungkap Djauhari.
Ini bisa menjadi "tambang emas" bagi para eksportir di Indonesia mengingat sarang burung walet di China termasuk barang favorit yang mahal dan bisa dijadikan berbagai olahan, mulai dari makanan ringan, sup, hingga minuman.
"Saya yakin masih banyak produk olahan asal Indonesia yang berpotensi laris manis di China. Apalagi hubungan dagang dan transaksi berbasis online kian meningkat dan ini bisa menyumbang secara signifikan bagi hubungan dagang Indonesia-China," kata Djauhari.
Hubungan perdagangan Indonesia dan China meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan, dalam suatu forum beberapa waktu lalu, mengungkapkan volume perdagangan kedua negara naik 23 persen dari US$47,6 miliar pada 2016 menjadi US$58,8 miliar pada 2017. (art)