Tatap 2019, BI Sebut Ada Tiga Pelajaran Penting Tahun Ini

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo
Sumber :
  • ANTARA FOTO/ICom/AM IMF-WBG/Nicklas Hanoatubun

VIVA – Bank Indonesia menyebutkan, perjalanan perekonomian global maupun domestik pada 2019 tidak akan jauh berbeda dari kondisi 2018 yang penuh tantangan dan kurang kondusif. Untuk itu, ada tiga pelajaran penting dari kondisi perekonomian 2018 yang disebut dapat dijadikan bekal menghadapi 2019.

Saham Asia Loyo Jelang Bank of Jepang Rilis Kebijakan Suku Bunga Acuan

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menyebutkan, pelajaran pertama yang perlu dicermati dari kondisi ekonomi 2018 adalah stabilitas dan ketahanan perekonomian yang perlu untuk terus diperkuat.

Sebab, kata dia, dalam sejarah perekonomian Indonesia sejak kemerdekaan, menunjukkan periode naik turun. Kondisi itu sering berkaitan erat dengan tidak prudennya kebijakan moneter, perbankan dan fiskal, naik turunnya ekspor yang beriringan dengan siklus harga komoditas dunia, ataupun tidak terkendalinya perkembangan sektor properti dan utang luar negeri.

Saham Asia Berfluktuasi Tertekan Data Inflasi Jepang

"Karena itu, kita harus memastikan inflasi tetap rendah, nilai tukar rupiah stabil, defisit fiskal rendah dan stabilitas sistem keuangan terjaga. Lebih dari itu, defisit transaksi berjalan perlu kita turunkan dan kendalikan ke dalam batas yang aman, yaitu tidak lebih dari tiga persen PDB," tuturnya di JCC, Selasa 27 November 2018. 

Kemudian, lanjut dia, pelajaran kedua adalah daya saing dan produktivitas yang harus terus ditingkatkan untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Lantaran perekonomian domestik masih stagnan di kisaran level lima persen.

Kenaikan BI Rate Bisa Jadi Peluang Bagi Investor, Ini Alasannya

Caranya, kata Perry, adalah penguatan struktur ekonomi nasional yang perlu terus dilakukan melalui hilirisasi industri untuk peningkatan nilai tambah dari pengolahan sumber daya alam, baik sektor pertambangan, perkebunan, pertanian maupun perikanan. 

"Kita harus mampu beralih dari ketergantungan pada ekspor komoditas primer ke manufaktur dan pariwisata, meningkatkan kemampuan produksi dalam negeri untuk menekan impor, serta mendorong lebih banyak investasi langsung baik dari dalam maupun luar negeri," paparnya.

Terakhir, ungkapnya, adalah sinergi kebijakan antar otoritas menjadi kunci dalam upaya untuk memperkuat struktur ekonomi nasional. Kebijakan moneter, fiskal dan sektor keuangan diarahkan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, sedangkan kebijakan reformasi struktural di sektor riil dapat dijadikan penguatan kapasitas ekonomi nasional.

Karena itu, dia menganalogikan, layaknya dalam kehidupan sehari-hari dalam menghadapi tiupan angin kencang, tiga langkah penting yang perlu dilakukan dan menjadi bekal adalah memastikan badan kuat, lakukan diet yang diperlukan dan giatkan olahraga untuk tumbuh sehat, dan perbanyak teman untuk  bersama menghadapi tiupan angin tersebut.

"Dengan analogi seperti ini, sinergi yang telah kita lakukan selama tahun 2018 perlu semakin kita pererat pada tahun 2019 dan tahun-tahun berikutnya," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya