Di Depan Jokowi, Gubernur BI Tegaskan Ekonomi RI 2018 Tumbuh Baik

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

VIVA – Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjoyo mengungkapkan, hasil evaluasi kinerja perekonomian domestik pada 2018. Pada periode tersebut, ditegaskannya, ekonomi RI tumbuh baik meski tantangan perekonomian global sangat berat.

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$413,6 Miliar

Hal itu disampaikan Perry, saat memberikan sambutan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Jakarta Convention Center, Selasa 27 November 2018.

Pertemuan tahunan itu di hadiri Presiden Joko Widodo, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Panjaitan, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, serta berbagai pejabat perbankan.

BI Fast Payment, Jawaban untuk Kebutuhan Transaksi Murah

"Kinerja positif ekonomi Indonesia tidak terlepas dari sinergi kebijakan yang kuat oleh Pemerintah, BI, OJK, dan berbagai otoritas lainnya dalam suatu bauran kebijakan ekonomi nasional. Dukungan dan optimisme perbankan, dunia usaha, dan investor juga semakin kuat," tutur Perry.

Perry menjelaskan, perekonomian global pada 2018, sangat dipenuhi oleh tekanan-tekanan, baik dari sisi moneter maupun fiskal. Mulai pertumbuhan ekonomi dunia yang tidak merata dan melandai di kisaran 3,7 persen, tren kenaikan suku bunga global, hingga perang perdagangan.

Cadangan Devisa RI Februari 2022 Naik Tipis, Ini Pendorongnya

"Pada awal 2018, kita dikejutkan dengan munculnya ketegangan perdagangan yang dilancarkan Pemerintah AS terhadap sejumlah negara, termasuk Kanada, Meksiko, Uni Eropa, dan Tiongkok. Hingga kini perundingan perdagangan antara AS dan Tiongkok, masih berlangsung, dan kemungkinan masih berlanjut pada 2019," paparnya.

Namun begitu, dia menegaskan, kondisi itu sedikit banyak tidak memengaruhi laju perekonomian yang bergerak positif dan cukup baik. Mulai dari pertumbuhan ekonomi yang konsistem tumbuh di atas lima persen, inflasi terjaga, sistem keuangan yang kuat, hingga sistem pembayaran yang terpelihara baik tunai dan non tunai.

Dia menyebutkan, pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun yang sebesar 5,1 persen terus ditopang oleh kuatnya permintaan domestik yang tumbuh sekitar 5,5 persen. Investasi yang tumbuh kuat, sekitar 6,8 persen, dan didukung oleh tingginya investasi non bangunan yang tumbuh sekitar 10 persen dan berlanjutnya kenaikan investasi bangunan sekitar 5,7 persen. 

Selain itu, konsumsi rumah tangga pada periode tersebut juga dikatakannya tumbuh relatif tinggi, yaitu sekitar 5,2 persen, didukung oleh terjaganya daya beli dan meningkatnya program sosial Pemerintah. 

Adapun Ekspor secara riil tumbuh sekitar 6,9 persen. Akan tetapi tingginya impor yaitu sekitar 12,3 persen menyebabkan permintaan eksternal berkontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi pada 2018.

"Di tengah perkembangan ekonomi global yang tidak kondusif tersebut, kinerja perekonomian Indonesia pada 2018 cukup baik dengan stabilitas yang tetap terjaga dan momentum pertumbuhan yang berlanjut," tegas Perry.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya