Menteri Bambang Akui Pertumbuhan Ekonomi RI Tak Sesuai Harapan

Menteri PPN/Kepala Bapppenas Bambang Brodjonegoro.
Sumber :
  • Fikri Halim/VIVA.co.id

VIVA – Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh stagnan di angka 5 persen, tidak sejalan dengan rencana awal Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang menginginkan ekonomi tumbuh di angka 7 persen. 

RI Wajib Genjot Upaya Mitigasi Perubahan Iklim, Bambang Brodjonegoro Beberkan Alasannya

Bambang mengatakan, pada saat awal ada semangat optimisme dari pemerintah bahwa ekonomi akan lebih tinggi dari 5 persen. Namun, kenyataannya memang tidak sesuai harapan. 

"Tapi kondisi global dan Indonesia sendiri yang membuat kita tidak bisa tumbuh di atas 5 persen," ujar Bambang di acara seminar Legacy Talk bertajuk 'Memaksimalkan Potensi Sumber Daya Indonesia, serta Membangun dan mengembangkan Peluang Ekonomi dan Bisnis', di Jakarta, Kamis 22 November 2018.

Pembangunan Ekonomi RI Belum Sertakan Aspek Mitigasi Perubahan Iklim, Ini Penyebabnya

Ia menguraikan, banyak faktor yang menyebabkan hal itu terjadi. Pola ekonomi seperti harga komoditas disebut juga menjadi faktor penentu yang menyebabkan perbedaan ekonomi pada 2010, 2012, dengan 2014. 

"Komoditas itu umurnya pendek, makanya kita tidak bisa tumbuh segitu. 2013 adalah akhir dari commodity booming, puncaknya adalah 2014, 2015, sehingga mulai sulit, dan sekarang tumbuh lebih rendah di 5 persen," ujarnya. 

Bambang: Harus Ada Upaya Nyata Untuk Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Kondisi ini, lanjut dia, akan terus berlangsung karena Indonesia belum serius mengerjakan pekerjaan rumah terbesarnya yaitu industrialisasi. Indonesia dinilai tidak bisa hanya bergantung dengan sumber daya alam, sebab harganya tidak pernah stabil.

"Ini berlangsung terus (ekonomi tumbuh 5 persen) karena kita belum melakukan PR besar, yaitu industrialisasi. Harga natural resources (sumber daya alam) tidak pernah stabil, kalau yang stabil hanya manufaktur," kata mantan menteri keuangan ini. 

Bambang juga mengkritik bahwa Indonesia bukan yang terbesar di sektor batu bara, namun ekspornya merupakan yang paling besar. Hal ini juga memicu munculnya tendensi sektor pertambangan disebut over eksploitasi. 

Dengan demikian, tegas Bambang, sektor manufakur atau industrialisasi menjadi PR besar bagi Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Ketimbang hanya berharap kepada komoditas seperti minyak, gas bumi, dan tambang. 

"Karena kita terbuai batu bara dan sawit, industri ini tidak ada yang mengembangkan. Padahal negara yang besar adalah besar di industrialisasi, manufaktur," katanya.

Mantan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Prof Dr Bambang PS Brodjonegoro

Soal UKT Tinggi, Bambang Brodjonegoro Sentil Kalangan Mampu Maunya Bayar Rendah

Eks Menristek BRIN, Bambang Brojonegoro mengatakan, persoalan uang kuliah tunggal (UKT) bisa diselesaikan jika ada kesadaran.

img_title
VIVA.co.id
22 Mei 2024