Di Masa Depan, Generasi Milenial 'Working Without Jobs'

Menteri Tenaga Kerja, Hanif Dhakiri (tengah)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

VIVA – Menteri Ketenagakerjaan, Muhammad Hanif Dhakiri, memprediksikan di masa depan tenaga kerja usia muda atau generasi milenial, tidak lagi mesti bekerja melalui pekerjaan formal. Hal itu akibat cepatnya perkembangan teknologi yang didominasi perkembangan digital secara besar-besaran.

Mengenal Money Dysmorphia yang Bikin Milenial dan Gen Z Selalu Cemas soal Uang

Dia mengatakan, tren yang diistilahkannya sebagai working without jobs itu, bahkan mampu memberikan penghasilan yang lebih banyak bagi para generasi milenial. Ketimbang pekerja yang memiliki pekerjaan formal. Hal itu bahkan dikatakannya sudah mulai terjadi saat ini.

"Di masa depan, anak muda luntang-lantung nongkrong di kafe ngalor-ngidul bawa ponsel pintar dan laptop, tapi penghasilannya lebih besar dari PNS (Pegawai Negeri Sipil). Karena pekerjaan berubah, tuntutan skill juga berubah," kata dia di kantornya, Senin 19 November 2018.

Mengenal Istilah 'Latte Factor' yang Bikin Gen Z dan Milenial Makin Boncos

"Mereka bekerja tapi mereka seperti tidak punya pekerjaan. Ada dari Kabupaten Ponorogo yang sering saya contohkan, penghasilannya Rp25-30 juta sebulan karena jadi Youtuber. Isinya hanya nongkrong di semua unit produksi di masyarakatnya," Hanif menambahkan.

Perkembangan itu, menurutnya, memang akan terus mendorong perilaku baru angkatan kerja milenial Indonesia. Yang kecenderungannya memang tidak lagi ingin bekerja formal, namun lebih memilih untuk menciptakan lapangan kerja baru secara mandiri.

Mengenal Financial Nihilism yang Ramai di Kalangan Gen Z, Apa Sih Sebabnya?

Karena itu, dia berharap, masyarakat saat ini perlu untuk terus bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman yang terus terjadi, terutama dengan terus meningkatkan kapabilitas skill-nya maupun terus berusaha untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya.

Sebab, dia mengungkapkan, saat ini 58 persen tenaga kerja di Indonesia didominasi oleh orang-orang yang diistilahkannya sebagai working poor. Yaitu masyarakat lulusan SD dan SMP yang memiliki pekerjaan tetapi tetap miskin dikarenakan keterbatasan kemampuannya.

"Skill meningkat penting karena bisa menjamin seseorang punya karier di pekerjaan. Tantangan kita bukan lagi pengangguran tapi ada kelompok besar rakyat kita yang bekerja tapi miskin," tuturnya.

Lahan pertanian.

Pendapatan Brigade Swasembada Pangan Bisa Lebih dari Rp 10 Juta Per Bulan, Begini Perhitungannya

Kementerian Pertanian menjabarkan perhitungan potensi pendapatan bagi masyarakat yang ikut program Brigade Swasembada Pangan atau petani muda milenial.

img_title
VIVA.co.id
25 November 2024