SKK Migas: Masa Depan Migas Indonesia Bertumpu pada Eksplorasi
- Fikri Halim/VIVA.co.id
VIVA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas mengakui produksi minyak mentah Indonesia tidak bisa memenuhi kebutuhan Rakyat. Bahkan, produksinya disebut akan terus menurun.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, produksi minyak Indonesia saat ini sekitar 775 ribu barel oil per day (bopd). Sementara konsumsi BBM nasional mencapai hampir dua kali lipatnya atau 1,6 juta-an.
"Tentu ini situasi kritikal buat bangsa ke depan. Produksi minyak kita 775 bopd dan akan terus menurun," ujar Amien di sela acara Seminar Berburu Lapangan Migas Baru di Indonesia, Jakarta, Kamis 15 November 2018.
Menurutnya, untuk bisa meningkatkan produksi minyak sesuai kebutuhan rakyat, harus ditemukan cadangan baru berukuran besar atau raksasa. Kegiatan eksplorasi menurutnya merupakan tumpuan masa depan energi Indonesia.
Selama ini, lanjut dia, temuan cadangan migas berukuran besar di Indonesia dilakukan oleh perusahaan asing. Perusahaan Indonesia sendiri, ditegaskannya, tidak ada yang pernah menemukan cadangan migas ukuran besar.
"Pertamina, menemukan agak besar di Jatibarang tahun 1967, dan Bunyu Nibung tahun 1974. Itu pun sudah lama sekali. Zaman saya masih pakai celana pendek (SD)," katanya.
Amien mengungkapkan sejak zaman orde lama, orde baru, maupun reformasi, tidak ada alokasi anggaran APBN untuk eksplorasi. Memang, lanjut dia, baru-baru ini ada anggaran untuk eksplorasi di Badan Geologi Kementerian ESDM namun jumlahnya sangat kecil sekali.
"Karena itu APBN tidak bisa diharapkan pada situasi kritikal ke depan," katanya.
Meski begitu, Amien menerangkan, Kementerian ESDM telah menerapkan program Komitmen Kerja Pasti (KKP) dalam perpanjangan Production Sharing Contract (PSC).
Saat ini disebut telah terkumpul US$1,3 miliar untuk eksplorasi sembilan tahun ke depan. Angka ini sampai akhir tahun diprediksi akan bertambah mencapai US$2 miliar ketika ada tanda tangan kontrak perpanjangan blok migas.
"KKP adalah satu-satunya harapan rakyat Indonesia untuk energi ke depan," tuturnya.