Seratusan Hunian Sementara Korban Gempa Palu Siap Huni Desember
- ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah
VIVA – Upaya pemerintah memulihkan kerusakan setelah gempa di Sulawesi Tengah masih berlangsung. Dari 1.200 hunian sementara yang ditargetkan terbangun, sudah ada 116 unit yang hampir selesai dan siap dihuni pada Desember 2018.
Seribu dua ratus hunian itu dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang berlokasi di Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Donggala.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, kontraktor dari BUMN yang membangun huntara itu akan menambah jumlah tenaga kerja agar pembangunan huntara dapat dipercepat.
Hunian dibangun dengan model knockdown berukuran 12 x 26,4 meter persegi, dibagi menjadi 12 bilik dan setiap biliknya akan dihuni oleh satu keluarga.
"Rencananya pertengahan Desember pengungsi sudah bisa masuk ke huntara (hunian sementara)," kata Basuki dikutip dalam keterangan keterangan tertulisnya pada Selasa, 13 November 2018.
Ia menjelaskan, hunian itu digunakan sebagai transit pengungsi dari tenda sampai dengan hunian tetap dan relokasi permukiman selesai. Biaya pembangunan huntara Rp500 juta per unit, dilengkapi 4 toilet, 4 kamar mandi, septic tank, tempat mencuci, dapur, dan dilengkapi listrik 450 watt untuk setiap bilik.
"Untuk pemasangan listrik dan pembayarannya akan dikoordinasikan dengan Kementerian ESDM dan PLN, pasti ada kebijakan tersendiri untuk membantu pengungsi," ujarnya.
Menurut Ketua Satgas Penanggulangan Bencana Sulawesi Tengah PUPR, Arie Setiadi Moerwanto, lokasi pembangunan hunian yang terverifikasi berada di 48 titik di Donggala, Palu dan Sigi. Hunian akan dibangun dengan sistem cluster pada lima zona dengan mempertimbangkan faktor ketersediaan lahan dan keamanan lokasi dari dampak gempa.
Setiap cluster terdiri 10 unit huntara dengan 120 bilik yang tahan gempa. Juga akan dibangun satu gedung sekolah PAUD dan sebuah SD, juga tempat sampah, ruang terbuka untuk kegiatan warga, serta tempat parkir sepeda motor.
"Kita buat senyaman mungkin karena digunakan dalam jangka waktu cukup lama untuk satu hingga dua tahun sambil menunggu sampai relokasi hunian tetap yang dibangun pemerintah selesai," ujar Arie. (mus)