3 Sebab Kelas Menengah Jadi Penyelamat RI dari 'Middle Income Trap'

Seorang warga sedang berbelanja di salah satu supermarket di Jakarta.
Sumber :
  • Antara/Wahyu Putro

VIVA – Indonesia dinilai masih terpuruk di dalam perangkap middle income trap. Saat ini, pendapatan per kapita Indonesia hanya di kisaran US$3.400 sedangkan untuk keluar dari perangkap, pendapatan per kapita harus di kisaran US$12.000.

Debat Pilkada Medan, Hidayatullah Singgung 187 Ribu Orang yang Masih Miskin

Kepala Ekonom Bank Dunia Indonesia, Vivi Alattas menilai, salah satu cara yang paling menonjol untuk keluar dari perangkap tersebut adalah dengan mendorong pertumbuhan kelas menengah.

"Karena meningkatkan kapasitas kelas menengah, kita bisa mencapai potensi pembangunan yang maksimal dan menjadi negara berpendapatan tinggi," katanya di Depok, Senin 12 November 2018.

Turun 7,8 Persen, Adaro Energy Cetak Laba US$1,17 Miliar Kuartal III-2024

Vivi menilai, hal itu dikarenakan kontribusi besar kelas menengah terhadap konsumsi rumah tangga keseluruhan. Rata-rata per tahunnya, kontribusi kelas tersebut terhadap keseluruhan konsumsi dikatakannya sebesar 19 persen, sedangkan di luar kelas itu adalah sekitar dua persen.

"Kelas menengah adalah konsumen utama, karena pertumbuhan datang dari konsumsi, dia yang hanya 22 persen tapi total impact nya pengeluaran rumah tangga kelas menengah sejak 2002 tumbuh 19 persen setiap tahun. Artinya kelas menengah dapat meningkatkan multiplier efek dari peningkatan konsumsi," katanya.

Tertinggi dalam Sejarah, GOTO Grup Cetak Adjusted EBITDA Rp 137 M Kuartal-III 2024

Di samping itu, kelas tersebut, berpotensi besar sebagai mesin pembangunan, karena di samping jumlahnya yang banyak, juga memiliki kapasitas untuk berinvestasi di pendidikan, baik untuk diri sendiri maupun untuk anak-anak mereka.

"Pendidikan bukan hanya dia, tapi anaknya. Dia juga punya akses digital litaracy yang mampu dimanfaatkan. Jadi kelas menengah akan punya dampak lintas generasi," tegas Vivi.

Terakhir, dan yang paling penting dari potensi kelas menengah tersebut diungkapkannya adalah dominasi mereka menciptakan lapangan pekerjaan. Sebab, dari 22 persen kelas menengah tersebut, 42 persen menurut usaha yang karyawannya digaji datang dari kelas menengah.

"Artinya kemungkinan kontribusinya lebih tinggi dari kelompok-kelompok lain. Di sini pada saat kita mendorong kelas menengah itu akan membawa dampak penciptaan lapangan kerja dan kemungkinan naik kelas," lanjut Vivi

Karena itu, dia menganggap, pemerintah harus menstimulus laju pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan kelas tersebut. Yakni, memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat untuk tumbuh menjadi kelas menengah atau di atasnya, kemudian memberikan kesempatan kerja yang sama, serta memberikan secara maksimal perlindungan sosial. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya