BI: Tanpa Banyak Lapangan Kerja, RI Menuju Lower Middle Income
- ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
VIVA – Bank Indonesia menilai, tantangan struktural yang terus terjadi saat ini terhadap Indonesia, seperti salah satunya adalah masuknya Indonesia ke middle income trap atau terjebak dalam kategori negara dengan pendapatan menengah, cenderung semakin parah di tahun-tahun mendatang.
Bahkan, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo, menjelaskan, saat ini Indonesia tengah memasuki kategori negara dengan pendapatan menengah terbawah, atau lower middle income dan besar berpotensi akan kembali masuk ke negara dengan pendapatan rendah atau low income.
"Kita berada dalam pendapatan per kapita US$3.400, untuk menuju US$12.000 ini relatif hanya sedikit negara. Rata-rata akan masuk trap middle income. Kita ada di lower middle income, kita memasuki level low," tuturnya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa 6 November 2018.
Hal itu, menurutnya dipicu oleh tantangan bonus demografi yang dihadapi Indonesia dalam kurun waktu 10 sampai 15 tahun ke depan. Di mana populasi masyarakat produktif akan semakin banyak sehingga menuntut pemerintah untuk bisa menyediakan lapangan kerja.
Namun begitu, lanjut dia, dari sisi infrastruktur, teknologi, pendidikan, hingga inovasi, Indonesia cenderung masih sangat tertinggal dengan negara-negara lain. Sehingga hal tersebut menjadi tantangan yang semakin berat bagi Indonesia untuk lepas dari middle income trap.
"Tantangannya berat, karena dalam middle income ini kita punya bonus demografi yang bisa kita keluar, tapi dalam hitungannya akan berakhir 10 sampai 15 tahun ke depan," paparnya.
"Dari sini kami lihat dukungan faktor produksi, teknologi, capital jadi mutlak. Kita harus keluar dari demand moneter policy, fiscal policy, tapi lebih ke sisi supply," tegas dia menambahkan.