Transaksi TEI 2018 Tembus Rp126 Triliun, 44 UKM Buka Pasar Global
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA – Kementerian Perdagangan mengungkapkan, Trade Expo Indonesia (TEI) 2018 yang diselenggarakan 24-28 Oktober lalu mencatat transaksi sebesar US$8,45 miliar atau setara dengan Rp126,77 triliun.Â
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengungkapkan, jumlah tersebut naik lima kali lipat dari target yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pemerintah.Â
"Penghitungan masih terus berjalan dan dipastikan hasilnya akan bertambah," ujar Enggartiasto, seperti dikutip dari keterangan resminya, Jumat 2 November 2018.Â
Dia menjabarkan, nilai transaksi TEI 2018 terdiri dari transaksi investasi sebesar US$5,55 miliar, transaksi pariwisata sebesar US$170,5 juta, dan transaksi produk dengan total US$2,73 miliar. Adapun rincian transaksi produk tersebut terdiri atas transaksi produk barang dan jasa masing-masing sebesar US$1,42 miliar dan US$1,31 miliar.Â
Transaksi produk barang berasal dari transaksi nota kesepahaman (MoU) misi pembelian produk sebesar US$811 juta, transaksi langsung saat pameran US$470,65 juta, misi dagang lokal US$85,6 juta, business matching US$51,29 juta, serta pameran kuliner dan pangan nusantara US$680 ribu.
Menteri Perdagangan mengungkapkan, produk-produk yang banyak diminati para buyers pada TEI kali ini adalah produk-produk teknologi dan informasi, makanan olahan, produk-produk kimia, minyak kelapa sawit mentah (CPO), produk-produk perikanan, serta produk kertas.Â
Sementara itu, negara-negara dengan nilai transaksi perdagangan tertinggi secara keseluruhan yaitu Arab Saudi, Jepang, Inggris, Mesir, dan Amerika Serikat.Â
"Perolehan transaksi ini membuktikan bahwa produk-produk nasional kita semakin diakui kualitasnya secara luas dan disegani sesuai selera pasar ekspor," ungkapnya. tegas Menteri Perdagangan.
Sementara itu, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank turut berperan aktif dalam mengambil momentum tersebut untuk menggenjot produk-produk Usaha Kecil Menengah (UKM). Â 44 UKM binaan yang merupakan peserta dari program Coaching Program for New Exporters (CPNE) dipertemukan dengan calon pembeli.Â
"Melalui program CPNE ini, LPEI melakukan pendampingan, pelatihan packaging, bagaimana membuat desain yang baik, bagaimana memasarkan, juga bagaimana meng-handle order. Ini sudah kami lakukan sejak 2015," papar Direktur Eksekutif LPEI, Sinthya Roesly.Â
Dia mengatakan, UKM dapat mengikuti program CPNE selama memenuhi klasifikasi dari LPEI, antara lain, memiliki produk berorientasi ekspor unggulan, memiliki staf minimal tiga orang, memiliki platform komunikasi berupa email, telah memiliki pasar baik domestik maupun luar negeri (indirect export), serta familiar dengan transaksi elektronik atau marketplace.Â
Menurutnya, upaya LPEI mempertemukan UKM binaan dengan pembeli luar negeri pada acara TEI dapat menjadi peluang besar bagi UKM, untuk melangkah menjadi eksportir secara langsung. Dalam acara ini, sejumlah UKM berhasil melakukan kerja sama dengan pembeli luar negeri.
PT Fahmi Bintang Andalas Bersaudara misalnya. Salah satu UKM binaan LPEI berhasil menandatangani nota kesepahaman (MoU) ekspor dengan Arabia Intiqaa Trading SDN BHD asal Yaman senilai US$50 ribu atau Rp760,85 juta. Nota kesepahaman tersebut menyepakati bahwa Bintang Andalas akan memproduksi dan mengekspor material bangunan yaitu Boss Panel dari Indonesia ke Malaysia dan Mesir dengan jangka waktu lima tahun ke depan.
Direktur PT Fahmi Bintang Andalas Bersaudara, Farid Fahmi mengaku sangat terbantu setelah menjadi mitra binaan LPEI. Setelah mengikuti CPNE, usaha yang dilakukan oleh PT Fahmi Bintang Andalas Bersaudara semakin berkembang menjadi lebih baik lagi.Â
"Dengan adanya LPEI, saya bisa bertemu teman-teman UKM lainnya yang menambah semangat saya untuk mengembangkan produk ekspor yang lebih bermutu lagi," kata Farid. (ren)