Ekonomi RI Tumbuh Lambat, Kadin Minta Negara Fokus ke Pariwisata
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA – Pertumbuhan ekonomi Indonesia, diperkirakan terus mengalami perlambatan pada tahun ini maupun pada 2019. Bank Indonesia, bahkan memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2018, akan sedikit di proyeksi sebelumnya.
Adapun proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini diperkirakan berada di kisaran 5,1 persen. Sementara itu, pada 2019, beberapa ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya bisa mencapai 4,9 persen.
Menanggapi hal itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani mengungkapkan, antisipasi yang dapat dilakukan pemerintah untuk menghadapi tren perlambatan ekonomi tersebut adalah dengan menggenjot sektor pariwisata.
"Pariwisata, kenapa karena industri kita bangun makan banyak waktu. Kalau pariwisata sekian menit dia lebih cepat," katanya di Graha CIMB Niaga, Jakatara, Senin 29 Oktober 2018.
Dia menjelaskan, pada dasarnya, potensi pariwisata Indonesia adalah yang terbaik di dunia. Namun begitu, karena sosialisasi yang tidak besar atau massive dan infrastruktur maupun industri pariwisata yang tidak didorong secara maksimal, menyebabkan potensi besar tersebut harus terbengkalai.
"Rata-rata spending satu orang (wisatawan asing) menghasilkan US$1.000. Di Thailand, satu orang spending-nya bisa sampai US$1.400 sampai US$1.500. Maka, ini harus kita dorong karena dengan pariwisata, sektor lain akan terbantu, mau hotel, transportasi, kuliner," tutur dia.
Meski begitu, dia juga turut mengapresiasi usaha pemerintah mengembangkan sektor pariwisata dengan fokus menunjuk 10 destinasi baru di luar Bali seperti di Mandalika, Toba, maupun Labuan Bajo.
Dengan begitu, menurutnya, penyumbang devisa bagi Indonesia nantinya akan beralih dari sektor industri kelapa sawit dan turunannya menjadi sektor pariwisata.
"Diperkirakan pariwisata kita enam tahun ke depan pariwisata akan menjadi penyumbang devisa terbesar. Ini secara average tumbuhnya lebih tinggi di kita. Maka itu, kunci kita dorong pertumbuhan ekonomi kita lebih tinggi, devisa lebih baik," tutur dia.