Kisah Pedagang Topi Cari Untung dari Aksi Bela Tauhid
- VIVA/Eduward Ambarita
VIVA – Sejak pukul 10.00, Dini Ismawati, sudah sibuk merapikan barang dagangannya berupa topi berwarna putih dan hitam berlafaz tauhid di Masjid Istiqlal kawasan Gambir, Jakarta Pusat.
Dini, bersama tiga orang temannya datang dari Bandung sejak subuh, untuk berjualan dan ikut meramaikan 'Aksi Bela Tauhid' yang terkonsentrasi di Kantor Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Jakarta.
Seolah tak mau melewatkan kesempatan, perempuan berusia 32 tahun itu mencari secuil keuntungan di tengah peserta aksi dengan berjualan sebelum massa berangkat long march dari Masjid Istiqlal.
"Lumayan lah mas, dari tadi pagi sudah laku dua kodi topi," kata Dini saat ditemui VIVA, Jumat 26 Oktober 2018.
Dini menggelar lapaknya di dekat parkiran mobil Masjid Istiqlal yang posisinya menghadap langsung Gereja Katedral. Sudah dua kodi atau sebanyak 40 buah topi yang laku terjual. Barang dagangannya dilirik peserta aksi atau pengunjung yang sekadar salat Jumat.
"Ya mudah- mudahan nanti habis, biar enak pulangnya," kata Dini tersenyum.
Dini tidak sekali ini saja berjualan di tengah-tengah aksi massa yang berlangsung di Jakarta. Saat aksi bela Palestina, dan aksi-aksi yang belakangan dirasa menyinggung agamanya, diri merasa terpanggil untuk datang.
Selain mencari untung, ia sekaligus memberi dukungan kepada peserta aksi. Rutinitasnya di Bandung juga berjualan atribut-atribut keagamaan secara daring atau online.
"Di sini kan tidak hanya cari untung, tapi coba memberikan dukungan kepada peserta aksi," ujarnya.
Model topi dijual dengan harga berbeda oleh Dini. Topi dengan bordiran aksara Arab itu dijual lebih mahal yakni Rp40 ribu dan Rp35 ribu untuk bahan sablon.
Pedagang selain Dini pun, banyak berjualan syal, dan pernak-pernik lainnya berupa pin, stiker dan kaus bertuliskan tauhid.