Tekan Defisit Migas, Pertamina Lobi Kontraktor Transaksi Pakai Rupiah

Gedung Pertamina Lapangan Banteng.
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVA – PT Pertamina mengaku bakal terus berupaya untuk melakukan transaksi impor minyak mentah dengan menggunakan rupiah. Hal ini ditujukan agar mampu menekan defisit transaksi berjalan dan menjaga agar pergerakan rupiah tidak terus terbebani.

Diikuti 12.300 Pelari, Pertamina Eco RunFest 2024 Sukses Digelar di Istora Senayan

Direktur Pemasaran Ritel Pertamina, Mas’ud Khamid menjelaskan, untuk merealisasikan hal itu, maka Pertamina saat ini tengah melakukan negosiasi dengan sejumlah Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKS) supaya transaksi pembelian minyak mentah dilakukan menggunakan rupiah.

"Iya, jadi kita coba mencari struktur atau skema pembiayaan atau pembayaran menggunakan rupiah," katanya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu 24 Oktober 2018.

Yayasan Kesehatan Bangun Ekosistem Layanan Berkelanjutan Lewat Digitalisasi

"Jadi yang kita lakukan sekarang itu dua. Mengurangi impor dengan cara membeli seluruh produksi minyak yang diproduksi di dalam negeri. Kedua, kita mencoba mengubah pola pembiayaan dengan menggunakan rupiah," ujarnya menambahkan.

Diapun mengakui, selama ini transaksi pembelian minyak mentah antara Pertamina dengan KKS masih dilakukan menggunakan dolar Amerika Serikat.

Toyota Hadirkan Sedan Crown Hybrid di GJAW 2024

Namun, akibat kebutuhan minyak yang masih tinggi, dengan dibuktikan dari impor migas yang terus menyebabkan defisit transaksi berjalan, mengharuskan Pertamina melakukan perubahan tersebut.

Dia pun mengungkapkan, saat ini negosiasi yang tengah berjalan adalah dengan perusahaan minyak asal Malaysia.

"Yang sudah jalan itu kalau enggak salah dengan kolega kita, Petronas. Kita coba dengan yang lain. Karena, selama ini kita pembelian itu pakai mata uang dolar. Nah kita coba negosiasi dengan mereka untuk pakai mata uang rupiah," tuturnya.

Ilustrasi SPBU

Kenapa SPBU Asing Kesulitan Bertahan di Indonesia? Ini Penyebabnya!

SPBU asing menghadapi tantangan besar di Indonesia, mulai dari infrastruktur hingga persaingan ketat dengan pemain lokal. Simak alasan dan strategi untuk tetap bertahan.

img_title
VIVA.co.id
25 November 2024