Susi Bantah Kinerja Perikanan RI Loyo Empat Tahun Terakhir

Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

VIVA – Menteri Perikanan dan Kelautan, Susi Pudjiastuti, membantah, capaian pendapatan negara dari sektor perikanan di masa pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang sudah memasuki tahun ke-4, turun atau melemah dibandingkan capaian pemerintahan sebelumnya.

Bursa Asia Kokoh Terkerek Penguatan Wall Street, Investor Pantau Laporan Perdagangan China dan India

Dia mengungkapkan, hal itu dapat dilihat dari capaian ekspor perikanan yang setiap tahunnya meningkat selama empat tahun berturut-turut. Pada 2014, ekspor mencapai Rp245,48 triliun, pada 2015 sebesar Rp288,90 triliun, 2016 tercatat Rp317,09 triliun, dan 2017 senilai Rp349 triliun. 

Sementara itu, untuk data hingga semester I-2018, sektor perikanan Indonesia dikatakannya juga tumbuh signifikan. Pada semester I-2018, pendapatan negara yang berasal dari sektor perikanan mencapai Rp187,75 triliun. 

Bursa Asia Loyo Sejalan Penurunan Indeks Saham Utama di Wall Street

"Jadi yang ngomong perikanan itu melemah tidak benar, karena ekspor pertumbuhannya signifikan terus naik," kata Susi saat konferensi pers “4 Tahun Kerja Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla”, di Jakarta, Selasa 23 Oktober 2018.

Menurut dia, capaian tersebut tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang terus fokus untuk memberantas penangkapan ikan ilegal. Upaya itu mendorong produksi ikan tangkap di Indonesia terus meningkat yang kemudian berkolerasi terhadap pertumbuhan ekspor.

Ekspor RI Juli 2024 Naik 6,55% ke US$22,21 Miliar, Ditopang Sektor Non Migas

Aktivitas nelayan sedang melakukan bongkar muat ikan di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta, Rabu (9/8/2017)

Berdasarkan catatannya, peningkatan produksi ikan tangkap laut telah naik dari 2014 sebanyak 446.692 ton menjadi 467.821 ton pada tahun ini. Sementara itu, untuk perikanan tangkap perairan umum daratan pada periode yang sama dari 6,03 juta ton menjadi 6,42 juta ton.

"Produksi perikanan tangkap kelihatan sekali karena yang dilakukan pemerintahan ini tidak pernah dilakukan di pemerintahan sebelumnya, yaitu pemberantasan illegal fishing," tuturnya.

"Jadi antara volume dan value itu ada gap yang lebar, jadi perikanan kita sudah menuju perikanan yang berkelanjutan. Kita sudah benar. Itulah cara pengelolaan ikan yang benar, jadi bukan ikan uca uca yang ditangkap tapi yang value-nya tinggi," ujarnya.

Bahkan, menurutnya, untuk pertama kalinya sepanjang sejarah ekspor perikanan Indonesia, berada di atas negara lainnya. Salah satunya adalah Thailand yang merupakan pasar ekspor terbesar Indonesia di Asia Tenggara. Hingga Maret 2018 Indonesia mencatat neraca perdagangan komoditas perikanan sebesar US$349,4 ribu dan Thailand US$29,5 ribu.

"Pertama kali dalam sejarah neraca perdagangan di ASEAN selalu di atas negara ASEAN lainnya. Karena negara lain ikannya impor dari kita 100 persen naik ke Thailand. Ekspor udang nomor dua. Ekspor kepiting baik," ucapnya.

Ekspor-Impor

BI: Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal Perekonomian

Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$3,26 miliar pada September 2024 dapat menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
16 Oktober 2024