Harga Kedelai Turun, Mendag Pastikan Tempe Tak Selebar Kartu ATM
VIVA – Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita menegaskan Kementerian Perdagangan berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, salah satunya dengan meningkatkan ekspor. Hal ini disampaikan pada seminar yang diselenggarakan Fakultas Hukum Universitas Mataram, Senin, 22 Oktober 2018.
Dia menjelaskan, Indonesia tidak harus lengah dengan perang dagang antara Amerika dan Cina. Selain itu, bahwa harga kebutuhan pokok di Indonesia tidak naik signifikan, bahkan harga tempe justru turun dengan ukuran tempe yang tidak selebar kartu ATM.
"Tempe itu tidak lagi selebar kartu ATM. Tukang tahu tempe saya datangi, dia marah, ukuran tempe ternyata besar," ujar Mendag.
Sebelumnya Cawapres Sandiaga Uno menyebut harga bahan pokok naik, bahkan tempe kini berukuran seperti kartu ATM. Hal tersebut dibantah Mendag, dengan alasan harga kedelai justru turun.
"Harga kedelai tidak naik, bahkan turun 50 rupiah per kilo," jelasnya.
Mendag juga telah menginstruksikan semua importir agar harga kebutuhan pokok tidak naik. "Saya ikutin kemudian saya panggil importirnya untuk negosiasi, pertama harga tidak boleh naik, kedua Anda hanya tidak boleh rugi, untung tidak boleh banyak," ucapnya.
Perang dagang Amerika-Cina menurutnya ada ancaman sekaligus peluang, tergantung cerdasnya Indonesia memanfaatkan situasi. Sehingga dengan promosi menjadi langkah efektif untuk meningkatkan ekspor.
"Kami melakukan promosi agar bisa dijual, berbagai pameran. Kalau kita tidak dikenal produknya mana orang lain mau beli. Jadi aktivitas promosi harus keluar, lebih lagi untuk daerah yang terkena bencana," paparnya.
Upaya peningkatan ekspor ini terus dilakukan, karena selain investasi, ekspor juga merupakan salah satu kunci pertumbuhan ekonomi.
“Sesuai dengan amanat Presiden Joko Widodo, pertumbuhan ekonomi nasional hingga tiga tahun mendatang ditargetkan sebesar 5,4 persen. Target bisa tercapai jika didukung peningkatan ekspor dan investasi. Sedangkan Kemendag menargetkan pertumbuhan ekspor sebesar 11 persen pada tahun 2018," kata Mendag.
Mendag juga menyampaikan beberapa tantangan yang dihadapi dalam upaya peningkatan ekspor dan invetasi. Tantangan ini datang dari dalam maupun dari luar, yaitu meningkatnya penggunaan teknologi dan produk berbasis digital sejalan dengan dimulainya Era Industri 4.0. dan sentimen proteksionisme perdagangan global.
Berdasarkan data BPS yang diolah Kemendag, secara kumulatif ekspor nonmigas Januari–Juli 2018 mencapai US$94,21 miliar. Nilai ini tumbuh 11,1 persen dibanding periode yang sama tahun 2017 (YoY) yang sebesar US$84,83 miliar.
"Pencapaian kinerja ekspor tersebut memperkuat optimisme pencapaian target pertumbuhan ekspor nonmigas 11 persen tahun ini," ujar Enggar.