Alasan Menko Darmin Tetap Impor Beras Meski Surplus 2,85 Juta Ton
- ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
VIVA – Pemerintah memastikan bahwa produksi beras akan mengalami surplus sebesar 2,85 juta ton pada tahun ini. Hal itu dikarenakan total produksi beras tahun ini mencapai 32,4 juta ton, sementara konsumsi masyarakat sebesa 29,6 juta ton.
Meski mengalami surplus, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, pemerintah tetap harus melakukan impor beras, lantaran surplus beras mengalami penurunan dari rata-rata surplus di tahun-tahun sebelumnya yang berada di kisaran 20 juta ton.
"Tetapi, kelebihan produksi sebesar itu jauh di bawah, kalau tadinya bisa 20 juta ton itu lebihnya, sekarang 2,8 juta ton," katanya saat ditemui di kantornya, Senin 22 Oktober 2018.
Selain itu, dia menyebutkan, penurunan surplus tersebut juga didukung oleh tersendatnya pasokan beras ke pasar, karena para petani juga harus menyimpan hasil produksinya untuk kebutuhan pribadi dan keluarganya.
"Anda tahu petani kita berapa banyak? 4,5 juta keluarga. Mereka pasti menyimpan ya 5 kilogram, 10 kilogram itu ada di sana. Sehingga, memang suplai di pasar tahun ini tersendat," ungkap dia.
Akibatnya, Mantan Gubernur Bank Indonesia periode 2010-2013 itu mengatakan, stok beras di Perum Badan Urusan Logistik atau Perum Bulog di awal tahun mengalami kekurangan atau rendah di kisaran 500 ribu ton dari perkiraan konsumsi masyarakat yang mencapai 29,6 juta ton. Sehingga impor beras ditegaskannya mesti dilakukan pemerintah.
"Itu sebabnya di awal tahun kita sudah mulai melihat, bahwa stok bulog kok rendah sekali. bahkan pada waktu Maret kita mengimpor, itu stok bulog tinggal 500 ribu ton. Enggak pernah kejadian itu, terlalu rendah," tutur dia.