Bos Mayapada Tegaskan Ekonomi RI Cukup Menyejukan
- VIVAnews/Alfin Tofler
VIVA – Chief Executive Officer Mayapada Group Dato Sri Tahir menegaskan, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, merupakan dinamika wajar, merespons gejolak ekonomi global.
Apalagi, rupiah tak sendiri, dampaknya juga dirasakan oleh sejumlah mata uang lainnya di dunia.
"Saya kira, bukan (rupiah) kita lemah, artinya dolar menjadi kuat ya. Karena, yang lemah bukan hanya (mata uang) kita saja, China juga. Currency yang lain juga lemah, tidak ada yang kuat," kata Tahir di Gedung BI, kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Senin 15 Oktober 2018.
"Rupiah itu antara Rp14 ribu sampai Rp15 ribu, memang harusnya di sana. Memang, tidak ada alasan," kata Tahir.
Meski demikian, Tahir memastikan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah saat ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Apalagi, dikaitkan dengan krisis yang pernah mendera perekonomian nasional di era 1998.
Karena, lanjut Tahir, kondisi saat ini jelas jauh berbeda dengan gejolak ekonomi-politik yang terjadi di medio 1997-1998 silam. Di mana, krisis yang terjadi memang menghantam berbagai sektor secara signifikan.
"Ini masalah psikologis aja. Hanya, karena kita kena (dampak) perang (dagang) yang enggak-enggak itu antara China sama AS. Lalu ada masalah Turki, dan ini semua membawa dampak. Tapi sebagai bankir, saya pemilik Bank Mayapada, saya tidak menemukan ada rush orang untuk beli dolar AS. Hal yang cukup menyejukkan," ujarnya. (asp)