Dolar AS Anteng di Atas Rp15.000, Industri Makanan dan Minuman Santai

Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA – Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, berdampak pada sejumlah sektor industri, utamanya yang berkaitan erat dengan impor bahan baku.

Animo Simpanan Valas Meningkat, Nilai Tukar Jadi Lebih Untung untuk Liburan ke Luar Negeri

Meski ikut terdampak pelemahan rupiah, namun Direktur Keuangan PT Garudafood Putra Putri Jaya, Robert Chandrakelana Adjie memastikan, dampak tersebut tidak terlalu signifikan. Sebab, mayoritas bahan baku produksi Garudafood memang berasal dari dalam negeri.

"Walaupun sebagian besar bahan baku sudah di beli di dalam negeri, namun memang secara tidak langsung juga akan terpengaruh (pelemahan rupiah)," kata Robert di Gedung BEI Jakarta, Rabu 10 Oktober 2018.

IHSG Jatuh ke Level 7.036 Terseret Melemahnya Nilai Tukar Rupiah, Saham ANTM dan PGAS Konsisten Kinclong

Robert menjelaskan, meskipun saat ini rupiah cenderung melemah terhadap dolar, namun kondisi ini masih lebih baik dibandingkan 2008, ataupun tahun 1998 silam. Bahkan, lanjut Robert, di kedua kondisi itu pun perseroannya masih mampu bertahan dan bertumbuh.

"Dalam 28 tahun kami berkiprah di dunia makanan dan minuman, kita sudah pernah mengalami hal yang jauh lebih buruk dari ini," ujarnya.

Rupiah Melemah Lagi, Misbakhun: Bukan Akibat KPK Geledah BI

Pada kesempatan yang sama, Direktur PT Jaya Bersama Indo, Dewi Tio mengatakan, dampak pelemahan rupiah bagi perseroannya tidak terlalu signifikan. Sebab, rendahnya penggunaan bahan baku impor dalam produksi mereka pun tidak diimpor langsung, melainkan lewat pemasok bahan baku.

"Walaupun ada impor, tapi kan supplier yang impor, bukan kita. Jadi, dari mereka memang sudah resmi sebagai importir dan enggak ada masalah," kata Dewi.

Saat ditanya bagaimana jika terjadi kenaikan harga di tataran importir, Dewi memastikan, hal itu juga sudah diantisipasi oleh pihaknya.

"Kalaupun ada kenaikan harga bahan baku oleh para importir, kami masih mendapatkan harga yang realistis karena pembelian bahan baku dilakukan dalam jumlah besar," ujarnya.

Berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rat (Jisdor) Bank Indonesia, dolar AS telah tembus di atas Rp15.000. Meskipun hari ini menguat di level Rp15.215 per dolar AS, dari harga kemarin Rp15.233 per dolar AS.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya