Kementerian ESDM Bakal Konsolidasi Data Neraca Perdagangan Migas RI
- ANTARA FOTO/ADV
VIVA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengakui, ada perbedaan data pada neraca perdagangan minyak dan gas bumi hasil survei kementeriannya dengan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) maupun Bank Indonesia.  Ke depannya, akan dilakukan konsolidasi data agar setiap instansi memiliki data yang sama.Â
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, hal itu terlihat dari nilai ekspor maupun impor yang angkanya tidak sama. Ia menjelaskan, hal itu lantaran jenis produk migas yang disurvei tidak sama jumlahnya.Â
Dikatakan Arcandra, BPS melakukan survei untuk sebanyak 58 jenis produk migas, sedangkan ESDM sebanyak 29 jenis produk karena tidak memasukkan jenis lubricant atau pelumas dan beberapa produk lainnya. Â
"Sedangkan kalau (survei) BI itu perbedaannya adalah jasa tidak dimasukkan. Sementara itu di ESDM termasuk  jasa di ekspor dan impor.. Oleh karena itu kita rekonsiliasi ke depan supaya ada data yang sama," kata Arcandra di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin 1 Oktober 2018. Â
Ia melanjutkan, besarnya defisit neraca perdagangan di 2018 lebih dikarenakan nilai atau harga minyak dunia yang menanjak naik. Meskipun di satu sisi, jumlah volume impor tidak mengalami kenaikan.Â
Arcandra pun menegaskan bahwa data defisit migas di 2018 tidak yang terbesar dibanding tahun tahun sebelumnya. Ke depan, data neraca perdagangan migas akan disamakan dengan BPS Maupun Bank Indonesia agar tidak berjalan masing-masing.Â
Adapun, kenapa ESDM lebih sedikit melakukan survei, karena sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Kementerian.Â
"Konsolidasi, jadi datanya kita samakan, Jadi bisa enggak point of reference-nya sama, jenisnya apa aja," ucapnya.