Kementan Dorong Peternakan Ayam Dekati Sentra Produksi Jagung
- ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
VIVA – Guna meningkatkan efisiensi dan kesinambungan komoditas jagung dengan harga daging serta telur ayam, Kementerian Pertanian berharap, industri peternakan ayam bisa mendekat ke sentra produksi jagung berskala besar seperti misalnya di Sulawesi.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Sumarjo Gatot Irianto mengatakan kondisi seperti saat ini, di mana peternakan ayam berskala besar hanya terpusat di pulau Jawa, nyatanya hanya mendongkrak harga jagung dari sentra produksi terdekat yang skalanya masih lebih kecil dibanding dengan Sulawesi.
"Produksi jagung kan tidak menumpuk di Jawa, sementara ternak iya, khususnya di Blitar. Harga jagung di Jawa naik, karena permintaan tinggi, dan ini kan mekanisme pasar," kata Gatot di kantornya, kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin 1 Oktober 2018.
Gatot menjelaskan, kenaikan harga jagung di tingkat petani wilayah Jawa, dari Rp3.350 per kilogram pada Juni dan Juli 2018 menjadi hampir Rp 4.144 per kilogram di September, sebenarnya tidak merata. Sebab, harga jagung di Sulawesi justru masih berada di bawah Rp3.500 per kilogram.
"Sementara, sentra produksi jagung yang besar seperti di Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, ada di dalam data produksi kami. Tapi infrastrukturnya belum memadai untuk dikirim ke Jawa sehingga harga jual petani rendah," kata Gatot.
Karenanya, Gatot menilai bahwa dengan mendekatnya sentra peternakan ayam ke daerah yang dekat dengan sentra produksi jagung, maka disparitas harga ini akan menemukan solusi dan titik keseimbangannya.
"Makanya, investasi peternakan harus bergerak ke wilayah yang lebih stabil (ketersediaan pakannya). Lalu, perbaiki infrastrukturnya guna menurunkan biaya logistik," kata Gatot.
"Bisa juga dengan mengintensifkan penanaman jagung di lahan yang belum terpakai. Misalnya, lahan kelapa, karet, sawit, di bawahnya kan bisa ditanam jagung, dan ini sudah umum di Sulawesi Utara, tetapi belum umum di Jawa dan Lampung," ujarnya.