Pelemahan Rupiah Belum Berdampak Besar ke Pelaku Usaha Ritel
- antarafoto.com
VIVA – Pelaku usaha ritel mengaku tekanan terhadap nilai tukar rupiah yang terus terjadi beberapa hari terakhir dan pada hari ini telah tembus di atas Rp14.900, belum memiliki dampak signifikan terhadap iklim usahanya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia atau Aprindo, Roy Mandey menjelaskan, hal itu karena sistem usaha ritel yang memiliki sistem cadangan stok barang berjangka lama, serta tidak diperoleh dari produk impor, sehingga usaha ritel mampu mengatur harga jual.
"Jadi, kita tahu bahwa stok kita masih cukup, dalam satu kuartal itu kita punya buffer stock. Jadi, untuk bulan ini itu kita stok dari tiga bulan sebelumnya. Jadi, harga tetap harga lama yang belum ada kenaikan, apalagi bukan produk impor, jadi tidak akan kena dampak," kata dia di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Selasa 18 Agustus 2018.
Meski demikian, dia tidak memungkiri, bila pelemahan nilai tukar rupiah terus berlanjut hingga level yang belum terbayangkan, maka usaha ritel akan melakukan penyesuaian harga, dengan artian akan ada kenaikan harga-harga barang yang di jual.
"Tapi itu juga opsi terakhir kami, karena tidak mudah itu naikkan harga. Kita akan usaha tetap pertahankan harga. Kami ditempatkan sebagai leader price oleh pemerintah, dan kami jaga amanah itu untuk terus pertahankan. Selagi hulu tidak ada perubahan, kuartal berikutnya kita baru lihat nanti," paparnya.
"Biasanya ritel mulai eskalasi harga, ketika hulunya juga eskalasi harga. Kami ritel itu paling anti naikkan harga, itu keputusan paling sulit bagi kami. Ketika ritel naikkan harga, maka akan berpengaruh pada penjualan produk itu sendiri, dan akhirnya kepada konsumsi masyarakat. Besar sekali dampaknya," tambah dia.
Meski begitu, dia mengapresiasi langkah-langkah cepat yang terus diupayakan pemerintah maupun Bank Indonesia untuk menstabilkan nilai tukar rupiah melalui kebijakan-kebijakan pembatasan impor dan insentif fiskal laiannya.
Menurutnya, hal itu mampu menunjang optimisme pelaku usaha dan konsumen terhadap perekonomian domestik di tengah gejolak perekonomian global yang terus terjadi.
"Tapi kita apresiasi pemerintah dalam satu minggu ini Rp14.800 stabil, dan itu cerminan baik dari upaya pemerintah. Pengereman impor dengan kenakan PPh impor dan berikan kebijakan fiskal dari Kemenkeu dan moneter BI dan lain-lain. Langkah cepat itu dibutuhkan, hingga keyakinan konsumen dan pelaku usaha tetap optimis," tuturnya.
Sebagai informasi, berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, Selasa 18 September 2018, dalam perdagangan rata-rata antarbank, dolar AS dibanderol sebesar Rp14.908. Atau melemah dari perdagangan Senin kemarin, 17 September 2018, yang berada di level Rp14.859 per dolar AS.