Rupiah Dekati Level Krismon, BI Diproyeksi Kembali Naikkan Suku Bunga

Lembaran mata uang rupiah dan dolar AS diperlihatkan di salah satu jasa penukaran valuta asing di Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

VIVA – Rupiah merosot ke level terendah terhadap dolar Amerika Serikat, sejak krisis keuangan Asia 1998, di tengah ketegangan dagang yang memburuk. Aksi jual brutal Lira Turki dan Peso Argentina, dinilai juga sangat berperan pada depresiasi drastis rupiah. 

IHSG Jatuh ke Level 7.036 Terseret Melemahnya Nilai Tukar Rupiah, Saham ANTM dan PGAS Konsisten Kinclong

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Selasa 4 September 2018, rupiah per dolar AS dibanderol Rp14.840. Menguat dibanding perdagangan kemarin, yang dibanderol rata-rata antar bank senilai Rp14.767 per dolar AS.  

Chief Market Strategist FXTM, Hussein Sayed mengungkapkan, gejolak di Turki dan Argentina, memicu ketidakpastian, sehingga mata uang pasar berkembang dapat semakin melemah.

Rupiah Melemah Lagi, Misbakhun: Bukan Akibat KPK Geledah BI

Walaupun Bank Indonesia menyatakan mengintervensi pasar valas dan pasar obligasi, tekanan eksternal dalam bentuk ekspektasi kenaikan suku bunga AS, dapat terus memperburuk situasi bagi rupiah. 

Dia menilai, BI mungkin terpaksa menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Guna, berusaha menanggulangi depresiasi rupiah.

Dibuka Menguat, Rupiah Berpotensi Melemah Imbas Ketegangan Rusia-Ukraina

"Kenaikan suku bunga mungkin dapat membantu rupiah, namun juga dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia," ungkapnya. (asp)

Ilustrasi Uang

Animo Simpanan Valas Meningkat, Nilai Tukar Jadi Lebih Untung untuk Liburan ke Luar Negeri

Tingginya minat masyarakat terhadap simpanan valuta asing (valas) semakin terlihat dengan adanya pertumbuhan signifikan dalam jumlah rekening valas.

img_title
VIVA.co.id
3 Januari 2025