Rupiah Jeblok, Menteri Rini Minta BUMN Rem Impor

Menteri BUMN Rini Soemarno dan Menteri ESDM Ignasius Jonan
Sumber :
  • VIVA/Fikri Halim

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus terpuruk. Pada perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah telah menembus di atas Rp14.700 per dolar AS.

Bursa Asia Kokoh Terkerek Penguatan Wall Street, Investor Pantau Laporan Perdagangan China dan India

Untuk itu, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno pun memberikam imbauan, kepada seluruh perusahaan pelat merah untuk mengurangi impor agar rupiah bisa kembali menguat. 

"Memang saat ini kami coba selalu tekankan (ke perusahaan BUMN) sekarang adalah bagaimana kita mengurangi impor," ujar Rini di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat 31 Agustus 2018.

Bursa Asia Loyo Sejalan Penurunan Indeks Saham Utama di Wall Street

Rini juga mengatakan, sebetulnya banyak perusahaan BUMN mendapatkan keuntungan besar dengan penguatan dolar. Khususnya perusahaan yang berorientasi ekspor seperti perusahaan batu bara, timah, nikel hingga kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO). 

Ia pun menekankan kepada perusahaan di sektor tersebut agar bisa menggunakan dolarnya untuk kepentingan di dalam negeri. 

Ekspor RI Juli 2024 Naik 6,55% ke US$22,21 Miliar, Ditopang Sektor Non Migas

"Nah ini yang kami jaga supaya bagaimana benar-benar bagaimana dolar nya. selama ini sih sudah dimanfaatkan betul untuk kepentingan dalam negeri terutama untuk kepentingan BUMN," katanya. 

Menurut Rini, beberapa hal yang dapat mengurangi impor adalah memperbanyak penggunaan campuran minyak sawit atau CPO untuk bahan bakar mobile power plan milik PT PLN. Dikatakan Rini, ada beberapa mobile power plant yang bisa menggunakan 100 persen CPO. 

"Ini juga saya dorong. Kalau sekarang memang B20, 80 persen masih solar 20 persen CPO. sekarang ternyata sudah ada alat yang bisa merombak untuk memanfaatkan 100 persen CPO. Kami sedang coba, sedang usulkan, semoga dapat diterima untuk kita mengkonversi sekitar 1.000 megawatt." katanya. 

Akan tetapi, Rini mengatakan bahwa ini adalah program jangka menengah panjang dan diyakini bisa mengurangi devisa sampai US$1 miliar. a

Ekspor-Impor

BI: Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal Perekonomian

Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$3,26 miliar pada September 2024 dapat menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
16 Oktober 2024