Ekonom: Batasi Impor Obat Tercepat Atasi Defisit Transaksi Berjalan

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

VIVA – Pemerintah terus menekan defisit transaksi berjalan yang kini menyentuh angka tiga persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Upaya tersebut salah satunya adalah melakukan pembatasan impor melalui kenaikan tarif Pajak Penghasilan atau PPh.

Bursa Asia Kokoh Terkerek Penguatan Wall Street, Investor Pantau Laporan Perdagangan China dan India

Saat ini, pemerintah telah menaikkan jumlah barang yang akan dikenakan pembatasan impor, dari yang sebelumnya 500 komoditas impor barang konsumsi menjadi 900 komoditas.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Ekonom Bank Central Asia, David Sumual mengungkapkan, pembatasan impor memang menjadi cara yang paling cepat untuk memperbaiki CAD. Sebab, dengan begitu neraca perdagangan Indonesia akan bisa kembali pulih dari defisit, sehingga mampu menekan pelebaran CAD.

Bursa Asia Loyo Sejalan Penurunan Indeks Saham Utama di Wall Street

"Paling cepat memang kalau memperbaiki CAD itu dengan restriksi impor ya," kata David saat dihubungi VIVA, Jumat, 24 Agustus 2018.

Meski begitu, lanjut David, pemerintah harus berhati-hati menyisir barang-barang komoditas yang akan dikenakan pembatasan impor. Karena menurutnya, mayoritas eskportir Indonesia masih menggunakan barang-barang impor sebagai bahan bakunya.

Ekspor RI Juli 2024 Naik 6,55% ke US$22,21 Miliar, Ditopang Sektor Non Migas

Sehingga, bila pembatasan tersebut mengganggu barang bahan baku industri, dan tidak ada barang substitusinya dari dalam negeri, maka dipastikannya kinerja ekspor Indonesia juga akan turut terganggu.

"Di Indonesia itu sekitar 85 persen eksportir kita itu masih importir. Jadi eksportir itu juga sebagian besar importir juga untuk bahan bakunya. Jadi lebih baik ke produk konsumsi dan itupun harus ada subsititusinya di dalam negeri," ungkapnya.

Senada, Ekonom PT Bank Permata Josua Pardede juga menilai kebijakan pengaturan impor dalam hal ini membatasi impor non-produktif yang pada dasarnya dapat terpenuhi dari produksi dalam negeri. Dan ini diperkirakan akan lebih cepat dalam menekan pelebaran defisit transaksi berjalan.

Meskipun dampak lainnya adalah pertumbuhan investasi cenderung akan melambat secara moderat, yang pada akhirnya berpotensi menghambat laju pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek hingga menengah.

"Oleh sebab itu, obat jangka pendek ini dalam membatasi pelebaran defisit transaksi berjalan perlu diikuti juga oleh kebijakan jangka panjang dalam rangka membenahi struktur industri domestik. Sehingga ketergantungan sektor-sektor produksi domestik pada impor cenderung menurun," tutur dia. (ase)

Ekspor-Impor

BI: Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal Perekonomian

Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$3,26 miliar pada September 2024 dapat menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
16 Oktober 2024