Pedagang Jengkol di Semarang Merana, Dagangan Menumpuk Tak Laku

Pedagang jengkol di Pasar Karangayu Semarang, Jawa Tengah.
Sumber :
  • VIVA/Dwi Royanto

VIVA – Para pedagang mengeluhkan harga mahal jengkol sejak beberapa bulan terakhir. Sejumlah pedagang di pasar tradisional Kota Semarang, Jawa Tengah, mengaku merugi dengan harga jengkol yang masih Rp80 ribu per kilogram.

Wamendag Tertibkan Penerapan SNI hingga ke Pasar Tradisional

Salah satu yang merasakan kerugian berdagang jengkol adalah Simah, seorang pedagang di Pasar Krangayu. Sejak dua bulan terakhir dagangan jengkol di lapaknya sepi pembeli. 

"Jengkol yang saya jual di sini tidak laku. Awal-awalnya harganya seratus ribu per kilogram. Ini turun tapi masih delapan puluh ribu (per kilogram) sejak bulan terakhir," kata Simah pada Kamis, 23 Agustus 2018.

Khofifah Janji Akan Transformasikan Pasar Tradisional dengan Digitalisasi

Dia mengaku masih tetap mendapatkan pasokan jengkol dari Lampung setiap tiga hari. Biasanya, ia mendapatkan sekitar 5-10 kilogram.

Namun, dengan harga yang masih tinggi, dagangannya justru menumpuk dan tak laku. Ia hanya bisa menjual jengkol sebanyak satu sampai dua kilogram.

Blusukan ke Pasar Keputran, Khofifah Tegaskan Bakal Jaga Keberadaan Pasar Tradisional

"Permintaan menurun banget. Paling-paling yang beli yang mentah untuk diolah lagi jadi makanan. Makanya jengkol saya lakunya sedikit. Cuma beberapa kilo," katanya.

Untuk menyiasati kerugian akibat jengkol busuk dan tak laku, Simah pun terpaksa mengolah jengkol mentah menjadi masakan semur jengkol. Beberapa pengunjung pasar ada yang tertarik membeli seperempat. Meski harga makanan olahan jengkol masih cukup murah, yakni Rp25 ribu.

Ia menengarai harga jengkol yang masih mahal karena panen jengkol sedang seret. Ia juga mendapatkan informasi bahwa harganya diperkirakan kembali normal pada akhir tahun, karena pada November hingga Desember memasuki masa panen.

Sumiyah, pedagang lain, mengaku imbas mahalnya jengkol membuat langganannya, yakni sejumlah warung makan, kini tak lagi memesan. Mereka mengaku rugi karena harga jengkol mentah tak sebanding dengan harga masakannya.

"Orang-orang yang buka rumah makan enggak berani ambil jengkol lagi. Terutama pengusaha warung Padang. Mereka takut rugi besar," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya