Krisis Ekonomi Turki, Jerman Soroti Independensi Bank Sentral
- REUTERS/Alkis Konstantinidis
VIVA – Kanselir Jerman Angela Merkel mendesak Pemerintahan Turki yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan untuk menjamin independensi Bank Sentral negara tersebut dalam mengelola kebijakan moneternya.
Hal itu disampaikannya sebagai bentuk perhatian Jerman terhadap gejolak perekonomian Turki. Sebab, kestabilan dan kesejahteraan ekonomi Turki merupakan bagian dari kepentingan Jerman dan negara Eropa lainnya.
"Tidak ada yang berkepentingan dalam destabilisasi ekonomi di Turki. Tapi semuanya harus memastikan bagaimana bank sentral itu independen. Jerman ingin melihat Turki yang makmur secara ekonomi. Ini demi kepentingan kami juga," sebagaimana dilansir Reuters, Selasa, 14 Agustus 2018.
Independensi bank sentral pada dasarnya juga menjadi perhatian pemerintah Indonesia terhadap krisis yang terjadi di Turki. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro juga sempat menyinggung lemahnya independensi Bank Sentral Turki yang semakin memperburuk krisis keuangan di Turki.
"Karena Turki itu kan ada unsur intervensi dari pemerintah terhadap bank sentral. Sedangkan kita kan sudah relatively independen. Jadi ini yang akan memberikan perbedaan yang luar biasa," tambahnya.
Sebagaimana di beritakan sebelumnya, krisis keuangan yang terjadi di Turki tidak hanya diperburuk oleh kebijakan pemerintahan Amerika Serikat yang menambahkan pengenaan tarif baja dan alumunium terhadap Turki.
Namun, para investor global turut menyroti kebijakan Presdien Erdogan yang terus mengintervensi Bank Sentral Turki untuk tetap menahan suku bunga acuannya demi menunjang pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Meskipun angka inflasi di negara tersebut sangat tinggi, menyentuh 15,85 persen per Juli 2018 akibat terus melemahnya mata uang lira terhadap dolar AS.
Erdogan bahkan mengatakan, suku bunga acuan yang tinggi merupakan salah satu bentuk instrumen dari eksploitasi. Oleh karenanya dia mengeaskan, Turki tidak akan jatuh ke dalam jebakan untuk manaikkan suku bungan acuan bank sentralnya yang saat ini bertengger diangka 17,75 persen.