Cara BI Rayu Eksportir Tukarkan Dolar ke Rupiah
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA – Bank Indonesia bersama pemerintah terus berupaya mengendalikan defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD) dengan cara meningkatkan devisa. Peningkatan devisa ini juga diyakini dapat memperkuat nilai tukar rupiah.Â
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, strategi peningkatan devisa tidak hanya dengan mendorong ekspor melainkan juga melalui penukaran devisa hasil ekspor yang ada di dalam dalam bentuk dolar ke rupiah. Hal itu menurutnya, sejalan dengan langkah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.Â
"Jadi untuk mendorong ekspor tidak hanya memasukkan devisa ke Indonesia, tapi juga mengkonversinya ke rupiah," kata Perry di Gedung BI Jakarta, Jumat 3 Agustus 2018.Â
Ia menuturkan, bahwa saat ini kurang lebih sudah 80 hingga 81 persen devisa hasil ekspor yang masuk ke perbankan Indonesia. Namun hanya sekitar 15-16 persen yang dikonversikan ke rupiah. Untuk itulah akan diberikan berbagai kemudahan dan keuntungan bagi para eksportir untuk menukarkan mata uang asingnya ke rupiah.Â
"Dalam konteks ini, dari Kemenkeu ada bagi eksportir yang memasukkan devisa ke Indonesia tentu saja, pajak mengenai simpanannya lebih rendah, apalagi yang dikonversikan itu pajaknya lebih rendah lagi. Kalau dari kami, tentu saja kami akan terus berupaya supaya (biaya kurs) swap maupun forward terus murah," ujarnya.Â
Ia melanjutkan, para eksportir bisa mengkonversi dolar ke rupiah di pasar spot, swap maupun forward dengan berbagai kemudahan.Â
"Demikian juga untuk para importir yang butuh dolar, tidak harus ke spot tapi bisa ke forward. Biaya swap di BI kurang lebih sekitar lima persen untuk tenor satu bulan. Itu cukup murah sehingga kami juga dorong eksportir lakukan konversi ke rupiah," katanya.Â
Selain itu, untuk pembayaran utang yang menggunakan valuta asing, Ia juga akan memberikan kemudahan melalui pasar forward. "Bayar utang tidak harus semua ke spot bisa melalui forward dengan biaya yang relatif murah." (mus)Â