Cadangan Devisa untuk Sokong Transaksi Pemerintah dan BI
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA – Bank Indonesia menegaskan penggunaan cadangan devisa atau cadev untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah pada dasarnya ditujukan untuk menyokong transaksi yang dilakukan pemerintah maupun BI. Pelemahan rupiah terhadap dolar yang terjadi selama ini tidak terlalu menggerus cadev terlalu besar.
"Cadev yang penting gini, cadev itu sebenarnya kan terakumulasi dari transaksi yang terkait valas, yang terkait pemerintah di samping BI juga. Artinya meski ekspor-impor itu terjadi di swastanya besar, tidak langsung memengaruhi cadev kita. Itu (penggunaan untuk swasta) adalah bagian terakhir," ucap Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo saat ditemui di kompleks BI, Minggu 29 Juli 2018.
Dody menjelaskan, sistem penggunaan cadev di Indonesia tidak sebagaimana yang terjadi di negara-negara seperti China maupun Thailand. Negara-negara tersebut mewajibkan penggunaan cadev untuk menopang transaksi pelaku pasar atau swasta.
Namun begitu, dia menegaskan, bukan berarti BI tidak selalu berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan intervensi menggunakan cadev. Namun, dalam jumlah yang terukur untuk menjaga agar dampak pelemahan nilai tukar rupiah di pasar dalam batas aman atau sesuai fundamentalnya.
"Kami lakukan setiap hari, kami masuk ke pasar, tetapi tentunya kami memberikan, lebih meng-guide ke pasar. Jadi bisa saja tidak terlihat secara jumlah besar. Jumlah kecil sudah cukup sepanjang pasar kemudian mengarah kepada apa yang BI sebenarnya merasa itu level yang lebih pas secara fundamental," tegas dia.
Di samping itu, lanjut Dody, intervensi BI melalui cadev ke pasar valuta asing maupun bond juga tidak selalu digunakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, melainkan ada instrumen lain seperti kenaikan suku bunga.
"Artinya kami melakukan itu (penggunaan cadev) secara terukur. Kalau diperlukan suku bunga naik, kami akan lakukan itu. Kalau kami harus (menjaga) nilai tukar secara terukur, kami akan lakukan itu. Tapi tentunya itu masuk secara fundamental kami," papar Dody.
"Kalau kami harus lakukan intervensi, ya kami mungkin lakukan. Tapi intervensi kami dalam kondisi sekarang lebih sifatnya memberikan guide ke pasar. Saya enggak sebut jumlah tapi kami harus berhitung berapa kemampuan yang ada dalam cadev. Maka secara terukur jadi penting," lanjut dia.