Taruh Dolar AS di Dalam Negeri, Ini Insentif Buat Eksportir

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

VIVA – Pemerintah berencana memberikan insentif bagi pengusaha, khususnya eksportir yang bersedia untuk menukarkan dolar AS yang dimilikinya ke rupiah dan menyimpan di dalam negeri. 

Hal itu di sampaikan Presiden Joko Widodo saat mengumpulkan para pelaku usaha ekspor di Istana Bogor, Kemarin, Kamis, 26 Juli 2018.

Saat dikonfirmasi mengenai skema insentif apa yang akan diberikan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menjelaskan, insentif tersebut akan diberikan dalam bentuk kemudahan-kemudahan ekspor.

"Jadi ya yang pemerintah bisa lakukan ada pembiayaan ekspor, lewat LPI (Logistik Performance Import)," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Jumat 27 Juli 2018.

LPI itu sendiri merupakan indeks kinerja logistik negara-negara di dunia yang dirilis oleh World Bank per dua tahun sekali. Indeks ini memperhatikan sejumlah komponen yakni bea dan cukai, infrastruktur, pengiriman barang internasional, kualitas dan kompetensi logistik, pencarian barang (tracking/tracing), dan ketepatan waktu (timeliness).

Saat ini, kata Bambang, peringkat LPI di Indonesia telah mengalami perbaikan ke posisi 46 dari posisi 63. Perbaikan peringkat Indonesia di LPI 2018 dikatakannya merupakan hasil dari perbaikan infrastruktur dan penguraian segala hambatan di bidang logistik.

Selain melalui LPI, mantan menteri keuangan itu mengatakan, insentif atau dukungan-dukungan lainnya dari pemerintah adalah seperti upaya Kementerian Perdagangan yang menfasilitasi ekspor pelaku usaha dengan negara tujuan tertentu.

"Kemudian, negara juga dukung dalam bentuk perjanjian perdagangan antar negara. Itu yang harus dilakukan pemerintah dan sudah. Tinggal ya tentunya pengusaha sendiri harus punya produk yang meyakinkan, yang kompetitif," tegas dia.

Neraca Perdagangan RI Juni 2023 Surplus US$3,45 Miliar, Ini Penyebabnya

Dia juga mengatakan, pemberian insentif kepada eksportir itu dilakukan karena saat ini Indonesia sedang mengalami persoalan di defisit transaksi berjalan. Defisit itu diperkirakan terus melebar hingga bisa mencapai US$25 miliar.

"Nah salah satu solusinya kita harus memperkuat ekspor dan pariwisata. Apa yang bisa kita lakukan supaya pariwisata kita semakin besar dan makin banyak wisatawan asing masuk, karena yang kita perlukan sekarang adalah sumber devisa, yakni sumber dari mata uang asing," ungkapnya. 
 

Sri Mulyani Buka-bukaan Kasus Menonjol di Laporan PPATK: Impor Ekspor Emas dan Money Changer
Ekspor-Impor

BI: Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal Perekonomian

Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$3,26 miliar pada September 2024 dapat menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

img_title
VIVA.co.id
16 Oktober 2024