Takut Mesin Rusak, Asosiasi Truk Tolak Pakai Bio Solar
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA – Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia atau Aptrindo menyatakan menolak implementasi Biodiesel campuran solar dengan minyak kelapa sawit 30 persen atau B30 yang ditargetkan pemerintah bisa mulai diimplementasikan pada 2020 sesuai road map penggunaan biodiesel pada solar.
Wakil Ketua Aptrindo, Kyatmaja Lookman menjelaskan, posisi penolakan tersebut diambil karena kualitas B30 diperkirakan akan berdampak buruk terhadap kendaraan, sebab dia berkaca terhadap kualitas B20 yang saat ini masih beredar.
"Untuk kita pengguna solar PSO (public service obligation) berdampak sekali, maka kita harus diyakinkan dengan B30 ini, B20 saja bermasalah apa lagi itu," ujar Kyatmadja, saat ditemui di Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Jakarta, Rabu 25 Juli 2018.
Dia melanjutkan, dampak buruk B20 yang selama ini terjadi bagi kendaraan-kendaraan, khususnya truk, adalah adanya endapan yang selalu dihasilkan B20 di mesin, selain itu juga cenderung menciptakan lapisan jelly di mesin, lantaran tingginya kandungan lemak pada produk tersebut.
"Truk itu waktu Jepang uji studi lama (menggunakan B20), juga yang di India ini uji coba, akhirnya performa (truk) naik turun, konsumsi bahan bakarnya juga naik turun. Karena Injektornya jellying dan endapan di pipa pipanya, maka B30 harus dilihat lagi ini," tegas dia.
Di samping itu, kata dia, spesifikasi kendaraan pada dasarnya tidak cocok dengan spesifikasi kendaraan, sehingga mesin-mesin kendaraan harus selalu dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan biodiesel kebijakan pemerintah tersebut.
Dia mencontohkan, saat pemerintah menerbitkan B20 maka mesin-mesin kendaraan harus di down grade agar menyesuaikan bahan bakar tersebut. Sehingga bila B30 kemudian segera di luncurkan dan peredaran B20 ditutup maka mesin-mesin truk harus diubah kembali, karena jika dipaksakan akan berdampak negatif terhadap kendaraan.
"Isuzu misalnya kita coba tiga tahun, sekarang ini menggunakan commom rail engine, mereka harus down grade agar akomodiasi B20. Nah nanti kalau itu muncul lagi gimana dengan mesin yang lama-lama," paparnya.
Selain itu, dia juga mengungkapkan, pada dasarnya penggunaan biodisel ini bertentangan dengan upaya pemerintah untuk mencapai target pengurangan emisi sebesar 29 persen, sebab dikatakannya produk biodisel saat ini masih jauh dari kualitas euro 4 yang memiliki kualitas emisi lebih baik, bersih, dan bagus, baik terhadap kendaraan maupun lingkungan.
"Jadi target emisi harus kita pertimbangakan. Karena saat ini masih jauh dari target presiden yang sebesar 29 persen. Biosolar itu enggak lulus uji KIR jadi kita di awal harus gunakan Pertadex dulu baru pake itu (biosolar). Mesin kita harus di ubah semua untuk akomodir bahan bakar itu, kalau enggak emisi enggak tercapai," kata Kyatmadja.