Genjot Komponen Lokal, RI Bisa Kurangi Impor US$20 Miliar

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

VIVA – Pemerintah terus menggenjot Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di seluruh sektor industri. Diharapkan upaya ini bisa memperbaiki neraca perdagangan Indonesia yang masih defisit.

Bea Cukai Kementerian Keuangan Resmikan Pemberlakuan 10 Alat Pemindai Peti Kemas di Pelabuhan Tanjung Priok

Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo mengatakan, dengan mengoptimalkan TKDN setidaknya nilai impor Indonesia bisa berkurang hingga US$20 miliar. Dengan catatan, hal itu betul-betul bisa terealisasi maksimal.

"Bisa US$20 miliar berkurang, impor seluruh sektor termasuk perhubungan dan lain-lain. Dengan begitu neraca perdagangan kita kan tidak lagi negatif," ujar Mardiasmo usai rapat di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, 24 Juli 2018.

BPS Ungkap Impor Pakaian Jadi Masih Banjiri Pasar RI, Didominasi dari Tiongkok

Ia melanjutkan, berdasarkan kacamata Kementerian Keuangan terutama bea cukai ada beberapa jenis barang yang bisa diproduksi dalam negeri dan stoknya pun tersedia. Dan hanya ada tiga kriteria barang yang diimpor.

"Kriterianya ada tiga, Kalau barang itu tidak ada ya bisa impor, kalau barang itu ada tapi tidak mencukupi kita bisa impor. kalau barang itu ada tapi tidak sesuai dengan spec-nya, itu bisa impor," katanya.

BPS Catat Impor RI November 2024 Capai US$19,59 Miliar, Anjlok 10,71 Persen

Pemerintah, lanjut dia, akan mengintensifkan secara tiga bulanan pembahasan ini antara Kementerian ESDM, Kemenkeu, Kementerian Perindustrian untuk melihat barang-barang prioritas yang dimasukkan dalam larangan terbatas.

Terus Menanjak

Sementara itu, Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar mengatakan, di sektor migas sendiri sejak 2016 hingga 2018 kurva penggunaan TKDN sendiri terus menanjak.

Menurut Arcandra, pada 2016 TKDN industri migas sebesar 55 persen, lalu tahun 2017 sebesar 58 persen dan pada 2018 sudah meningkat lagi sebesar 64 persen. "Jadi kita naik terus," ujar Arcandra.

Ia melanjutkan, evaluasi TKDN di sektor industri migas ke depannya adalah memproduksi sendiri komponen migas seperti pipa dalam negeri dan harganya tentu dibuat sekompetitif mungkin.

"Kenapa? di satu sisi, kalau kita impor, rupiah tertekan, kalau dalam negeri maka kita bisa jaga devisa. Ini juga nanti ada multiplier effect. Ini benar-benar yang diproduksi dalam negeri," katanya.

"Ini tugas saya melihat bagaimana caranya untuk yang bisa diproduksi dalam negeri bisa digunakan," lanjut Arcandra. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya