Pelaku Industri Bunga Berharap Keringanan Fiskal Pemerintah

Ladang bunga Castelluccio
Sumber :
  • REUTERS / Alessandro Bianchi

VIVA – Asosiasi Bunga Indonesia atau Asbindo, yang beranggotakan pelaku industri bunga, saat ini masih menantikan kebijakan pemerintah, terutama keringanan fiskal agar budidaya bunga atau florikultura di Indonesia dapat tumbuh dan berkembang.
   
"Mungkin pemerintah dapat meniru kebijakan pemerintah Thailand dan Vietnam, untuk menumbuh kembangkan florikultura, mulai subsidi di sektor pajak sampai kepada bantuan pupuk," kata Wakil Ketua Asbindo, Hesti Widayani, seperti dikutip dari keterangannya, Minggu 22 Juli 2018.

Pengembangan Kawasan Lahan Kering Hortikultura oleh Kementerian Pertanian dan KOLTIVA

Hesti mengakui, salah satu hal yang memberatkan di sektor perpajakan adalah pengenaan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10 persen untuk penjualan bunga.

"Jadi, ketidakkonsistenan di sini, kalau bunga yang dijual eceran tidak kena PPN. Tetapi, kalau sudah dalam bentuk rangkaian atau beberapa tangkai dikenakan PPN sebesar 10 persen. Usulan kami, diseragamkan saja jadi satu persen," ujar dia.

Stabilkan Harga, Kementan Bersama Petani Champion Guyur Pasokan Cabai ke Pasaran

Persoalan lain, tambah dia, yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah agar sektor florikultura ini berkembang adalah dukungan penyediaan lahan melalui sewa, serta ketersediaan air, bahkan aspek lingkungan.

"Pernah, petani kami di lereng Gunung Pangrango mengalami kerugian, setelah lahan bunganya tersapu banjir akibat tidak adanya pengendalian lingkungan dari pemerintah daerah setempat," jelas Hesti.

Mentan SYL Siap Kerjasama Pengembangan Green House Skala Industri dengan Spanyol

Inovasi

Menurut Atik Setyawati, kepala Bidang Organisasi Asbindo, untuk menghadapi tantangan tersebut melakukan inovasi mulai dari hulu ke hilir. Melalui inovasi dan teknologi produk  Florikultura dari hulu ke hilir, industri florikultura mampu mempercepat pertumbuhan pasar domestik maupun peluang ekspor, dapat membantu menekan biaya produksi, dan lebih ekonomis bagi para petani florikultura.

"Perusahaan kami menyediakan dan mendorong budidaya florikultura melalui benih, karena lebih efisien dan memberikan hasil lebih besar kepada petani. Kami menyadari pasar tanaman hias di Indonesia mulai mengalami kenaikan. Untuk itu, kami siap memberikan dukungan dengan menyediakan teknologi dan benih unggul," ujar Atiek yang juga Manager Export Import di PT East West Seed Indonesia (Ewindo).

Lebih jauh, Humas Asbindo, Damayani Sabini mengatakan, potensi florikultura berdasarkan pengalaman di Vietnam dan Thailand sangat besar, terutama dalam memberikan kontribusi bagi devisa. Data terakhir menunjukkan, nilai konsumsi Florikultura dunia mencapai sekitar 150 miliar dolar AS, dengan nilai ekspor 20 juta dolar AS.

Dengan demikian, jelas Damayanti, industri florikultura Indonesia mempunyai masa depan yang menjanjikan, potensi Indonesia untuk dapat bersaing di pasar global sangatlah besar. Kekayaan akan bunga tropis belum dapat dimanfaatkan secara optimal, padahal peminatnya di pasar dunia sangat besar.

Hesti menambahkan, hadirnya Asbindo dalam ajang "Indonesia International Landscape and Greenery Exhibition" untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat pentingnya tanaman hias baik di rumah maupun tempat kerja bagi kesehatan.

"Harus diangkat, polusi udara yang makin memburuk mengancam kesehatan kaum Urban yang tinggal dikota kota besar di Indonesia. Berdasarkan data dari WHO 2016, kota Jakarta dan Bandung, termasuk dalam urutan ke sepuluh dari kota kota dengan pencemaran udara terburuk di Asia Tenggara," ujar dia.

Tanpa disadari polusi udara tidak saja di ruang terbuka tetapi di ruang tertutup, faktanya sebagian besar dari kaum urban/ perkotaan berada di ruang tertutup (indoor) lebih dari 50 persen dari waktu kegiatannya dalam sehari.

Sumber pencemaran dalam ruangan dan gedung , berasal dari asap rokok, polusi dari cat tembok, kurangnya ventilasi dan sirkulasi udara, radiasi dari perangkat komputer dan peralatan elektronik kantor seperti mesin fax, mesin fotocopy

Polusi dalam ruangan tertutup seperti di perkantoran, pabrik, mal dan gedung gedung tinggi, berdampak pada turunnya kualitas kesehatan secara fisik dan mental yang disebut dengan "sick  building syndrome".

Hadirnya tanaman hias berfungsi sebagai antipolutan filter udara dan  memberikan oksigen, sehingga udara dalam ruangan menjadi lebih bersih dan lebih segar , tutur Hesti.

Lebih jauh, Teresa M. Ineke Turangan, Floral Designer Asbindo mengatakan, kreativitas menjadi salah satu tuntutan membuat produk produk florikultura makin menarik dan berfungsi ganda, sebagai antipolutan, tetapi juga menciptakan suasana asri, sekaligus meningkatkan pertumbuhan usaha Florikultura.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya