Moody's Naikkan Peringkat Utang PGN
- VIVA/Muhamad Solihin
VIVA – Lembaga Pemeringkat Internasional Moody's resmi menaikkan peringkat PGN menjadi Baa2 dengan outlook stabil. Keputusan itu merupakan respons positif dari rencana pendanaan akuisisi 51 persen saham PT Pertamina Gas (Pertagas) senilai Rp16,6 triliun dalam tempo 90 hari ke depan.
Dana yang merupakan sepertiga nominal akuisisi, berasal dari kas internal sekitar Rp5,53 triliun, serta dua pertiga sisanya dari pinjaman perbankan sekitar Rp11,06 triliun. Peringkat itu juga berlaku bagi surat utang emiten berkode saham PGAS tersebut. Kenaikan rating ini dihitung usai PGN mengumumkan keputusan mengambil 51 persen saham Pertagas.
"Moody's memahami PGN berencana mendanai dana akuisisi tersebut dari utang baru dan kas internal yang sampai 31 Maret 2018 lalu jumlahnya mencapai US$ 1,19 miliar," ujar Vice President sekaligus Analis Senior Moody's Abhishek Tyagi dikutip dari keterangan resminya, Senin 9 Juli 2018.
Lebih lanjut Tyagi menjabarkan, ada tiga faktor yang mendasari pihanya menaikkan rating utang PGN menjadi Baa2 dengan outlook stabil. Pertama, meskipun utang baru untuk membeli saham Pertagas bakal melemahkan matriks keuangan PGN, namun angkanya masih aman karena lebih tinggi dari angka toleransi atas rating tersebut di kisaran 9-12 persen.
"Dalam beberapa tahun terakhir, PGN berhasil menjaga konsistensi peningkatan pendapatan meskipun terjadi penyesuaian harga gas dan tarif distribusi yang ditetapkan pemerintah. Jadi munculnya beban utang baru masih aman bagi PGN," ungkapnya.
Kedua, akuisisi tersebut bakal memperkokoh dominasi bisnis gas PGN di Indonesia baik di midstream maupun downstream. PGN bakal jadi satu-satunya operator yang menguasai jaringan transmisi dan distribusi gas di dalam negeri.
"Jaringan pipa gas PGN akan bertambah 30 persen setelah akuisisi. Hal tersebut akan mendukung tercapainya efisiensi biaya operasi dan belanja modal perusahaan ke depan," jelasnya.
Sampai akhir kuartal I 2018, panjang pipa gas yang dimiliki PGN mencapai lebih dari 7.453 kilometer (km) atau setara dengan 80 persen pipa gas bumi nasional. Dari infrastruktur tersebut, PGN menyalurkan gas bumi ke 196.221 pelanggan industri maupun rumah tangga.
Sementara, panjang pipa yang dikelola Pertagas mencapai 2.438 km. Sehingga dengan bergabungnya dua perusahaan, maka PGN menguasai infrastruktur pipa gas bumi di Indonesia sebesar 96 persen.
Ketiga, adanya dukungan pemerintah atas rencana bisnis PGN ke depan sebagai anak usaha dari holding BUMN Migas yaitu PT Pertamina.
Dengan pengalihan 56,96 persen saham seri B milik Pemerintah di PGN ke Pertamina beberapa waktu lalu, ditambah dengan tetap dikuasainya saham seri A Dwiwarna PGN oleh negara, jadi jaminan atas setiap aksi korporasi korporasi yang dilakukan PGN ke depan.
"Kami meyakini Pemerintah Indonesia akan terus memberi dukungan bagi PGN untuk mengoptimalkan aset yang dimilikinya. Apalagi dengan tetap menguasai saham dwiwarna, maka pemerintah masih memiliki hak veto untuk menyetujui keputusan strategis yang baik untuk perusahaan ke depan," tambahnya.
Perlu diketahui, rating Baa2 dengan outlook stabil yang diberikan Moody's bukan hanya berlaku bagi pendanaan akuisisi 51 persen saham Pertagas. Namun, termasuk upaya mencari pendanaan untuk akuisisi sisa 49 persen saham Pertagas dari Pertamina.
"Dengan tetap mempertahankan keuangannya dengan baik. Sebaliknya, peringkat bisa diturunkan bila jika terjadi pelemahan keuangan PGN," ungkapnya.