KPR Skema FLPP Jadi Andalan BTN Dongkrak Kinerja 2018

Pameran Rumah Murah di JCC beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVA – PT Bank Tabungan Negara Tbk optimistis target bisnis akan tercapai sampai dengan akhir tahun, meski kondisi global bergejolak dan adanya kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Optimisme itu didukung oleh masih besarnya permintaan untuk program sejuta rumah di berbagai daerah.

Direktur Utama BTN, Maryono, dikutip dari keterangan resminya, Jumat 6 Juli 2018, mengatakan, perseroan hingga saat ini tetap pada target dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) 2018, yakni tumbuh di atas 20 persen. Target ini akan dapat terwujud seiring dengan peran BTN yang sudah bisa menyalurkan kredit pemilikan rumah (KPR) dengan skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) pada semester dua tahun ini. 

“Skema FLPP sangat berbeda sekarang, 75 persen di-cover pemerintah dan 25 persen sisanya disediakan oleh SMF (PT Sarana Multi Finance). Jadi BTN sangat diuntungkan karena tidak perlu mencari dana mahal lagi,” kata Maryono di sela Rapat Koordinasi Business Review Triwulan II-2018 di Jakarta.

Maryono pun mengatakan, investor tidak perlu khawatir dengan kinerja BTN tahun ini, meski BI kembali menaikkan suku bunga acuannya menjadi 5,25 persen. Kebijakan itu juga dinilai tidak serta merta bakal diikuti perbankan dengan menaikkan suku bunga dana dan kredit. 

Menurutnya, saat ini perseroan sedang menggenjot perolehan dana murah melalui tabungan. Upaya itu diharapkan komposisi dana murah bisa berimbang dengan deposito. 

“Kami sedang rakor dan menugaskan untuk seluruh kepala cabang di Indonesia mendongkrak dana tabungan,” ujarnya.  

Selain menggenjot dana murah, lanjut Maryono, BTN juga diuntungkan dengan relaksasi aturan loan to value (LTV) atau aturan uang muka KPR yang diterbitkan BI. Dengan aturan tersebut diharapkan makin banyak masyarakat yang tertarik membeli rumah. 

“Ini yang bisa memberikan percepatan pertumbuhan perseroan di sektor pembiayaan perumahan,” terangnya.

Cara PT Pos Indonesia Bantu Program Inklusi Keuangan Pemerintah

Adapun mengenai penurunan harga saham, menurut Maryono, hal ini lebih disebabkan adanya faktor global. Di mana ada tiga peristiwa yang terjadi di dunia, yaitu perubahan valuta masing-masing negara, perubahan berpindahnya dana yang dari tujuan ke asal, dan adanya perubahan suku bunga.

“Semua ini dalam rangka normalisasi dan ini tidak bisa dihindari di semua negara,” tuturnya.

LPS Ungkap Fenomena Baru Industri Perbankan Dunia, Flight to Digital

Sementara itu, Direktur Keuangan dan Treasury BTN, Iman Nugroho Soeko, menambahkan, kondisi keuangan yang sudah dipublikasikan Maret 2018 sejalan dengan  pertumbuhan tinggi di atas 20 persen. Baik dari sisi aset, kredit dan DPK serta laba di atas 15 persen. 

“Kemudian untuk target ke depan, BTN tidak akan berubah, di mana kami optimistis akan tetap tumbuh sesuai dengan yang ditargetkan masih sekitar 20 persen,” paparnya.

Menurut Iman, untuk mencapai target bisnis tersebut, BTN akan melakukan efisiensi pada biaya operasional, peningkatan dana pihak ketiga (DPK) berbiaya rendah sehingga NIM terjaga dan pencapaian target fee based income. 

“Jadi tidak perlu khawatir mengenai bisnis BTN, yang kami bisa lakukan adalah membukukan kinerja yang sesuai dengan target dan itu baru akan dilihat investor atau masyarakat setelah laporan keuangan Juni, September dan Desember nanti keluar,” tegas Iman.

Penyaluran kredit meningkat

Iman manjabarkan, pada kuartal I-2018 emiten Bursa Efek Indonesia berkode saham BBTN ini membukukan penyaluran kredit mencapai Rp202,5 triliun. Capaian itu meningkat 19,34 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp169,68 triliun. 

Dari jumlah total kredit tersebut, kredit perumahan menempati porsi 91,09 persen, naik 20,32 persen dari Rp153,31 triliun pada kuartal I-2017 menjadi Rp184,46 triliun di akhir Maret 2018. Sementara itu, kredit non-perumahan meningkat 10,17 persen dari Rp16,37 triliun menjadi Rp18,03 triliun.

Pertumbuhan kredit dan pembiayaan BTN ini juga turut menunjang kenaikan aset perseroan sebesar 20,73 persen dari Rp214,31 triliun pada kuartal I-2017 menjadi Rp258,73 triliun di periode yang sama tahun ini. Dengan capaian tersebut, laba bersih BTN tercatat naik 15,13 persen dari Rp594 miliar pada akhir Maret 2017 menjadi Rp684 miliar di periode yang sama tahun ini.

Untuk DPK, perseroan berhasil tumbuh 23,54 persen secara tahunan dari Rp157,41 triliun pada kuartal I-2017 menjadi Rp194,48 triliun per kuartal I-2018. Adapun, pertumbuhan terbesar simpanan BTN bersumber dari kenaikan tabungan sebesar 43,35 persen dari Rp30,74 triliun pada akhir Maret 2017 menjadi Rp44,06 triliun di periode yang sama tahun ini. 

Penghimpunan giro dan deposito juga menjadi penopang laju kenaikan DPK dengan pertumbuhan masing-masing 22,55 persen menjadi Rp51,14 triliun dan 16,87 persen menjadi Rp99,28 triliun per 31 Maret 2018.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya