Prabowo Tuding Ada Mark Up LRT, Begini Jawaban Kemenhub
- ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
VIVA – Kementerian Perhubungan merilis data perbandingan biaya investasi pembangunan Light Rail Transit atau LRT di Indonesia dengan dua negara lain yakni Malaysia dan Filipina.
Malaysia juga memiliki proyek kereta ringan atau LRT yakni Kelana Jaya Line 1, sedangkan Filipina yakni Manila Line 1.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, capital expenditure (capex) LRT Palembang adalah sebesar US$37 juta per kilometer. Sementara itu, Manila Line 1 sebesar US$77 juta per km dan Kelana Jaya Line US$63 juta per km. Artinya, lebih murah ketimbang dua negara tersebut.
"Terkait nilai kontrak pembangunan LRT di Indonesia khususnya LRT Palembang yang dinilai relatif besar, dijelaskan bahwa nilai kontrak tersebut bukan merupakan nilai mutlak, tetapi pembayarannya dilakukan berdasarkan realisasi atas pengeluaran kontraktor yang telah diaudit oleh BPKP," tulis Kemenhub berdasarkan data yang diterima media seperti dikutip VIVA, Minggu 24 Juni 2018.
Perbandingan biaya LRT di dua negara Asia Tenggara yang sedang membangun transportasi massal.
Dijelaskan, biaya pembangunan infrastruktur sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya jenis konstruksi, jumlah stasiun, jumlah rolling stock dan kapasitas depo. Selain itu, biaya pembangunan dipengaruhi oleh teknologi yang digunakan hingga tingkat kesulitan lokasi.
Kemenhub menyebutkan, dalam salah satu referensi, yakni 'urban transportation training handbook' yang diterbitkan oleh JICA (2011), biaya pembangunan awal untuk transportasi berbasis rel yaitu untuk subway adalah di kisaran US$181-272 juta per km, monorail US$45-90 juta per km, dan LRT di kisaran US$18-37 juta per km.
Dalam acara silaturahmi kader Gerindra di Hotel Grand Rajawali, Palembang, Kamis 21 Juni 2018, Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto menuding ada mark up anggaran LRT jutaan dolar.
Prabowo juga mengatakan, dia mendapatkan indeks harga LRT sedunia dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Menurut dia, di dunia untuk 1 km sekitar US$8 juta, tapi di Indonesia 1 km sebesar US$40 juta, sehingga diduga ada penggelembungan anggaran dalam proyek tersebut.