Kisah Pemuda Minang Lulusan Australia Jadi Peternak Ayam
- bbc
"Lebih mungkin untuk kaya di daerah. Kalau di Jakarta terlalu banyak persaingan. Di daerah (Payakumbuh) potensinya besar, tetapi tidak dilirik banyak orang," tutur Agung.
Melihat banyak orang yang beternak ayam petelur di Payakumbuh. Agung pun mulai membuka bisnis penjualan obat untuk hewan.
Dua tahun menjalani bisnis ini membuatnya kerap bertemu peternak ayam. Pada 2007, Agung membeli sebuah peternakan ayam yang memiliki 60.000 ekor ayam petelur produktif.
"Kalau dagang biasa, kita hanya berhubungan dengan pelanggan. Kalau jadi peternak, kita juga berhubungan dengan makhluk hidup lain, yang kompleks pemeliharaannya, saya jadi tertarik, tertantang."
Titik balik bisnis ayam petelur ini terjadi pada tahun 2008, ketika dia ingin mencari cara bagaimana agar produktivitas telur melonjak.
Setelah riset panjang ditambah kunjungan ke Malaysia dan Thailand, Agung menyimpulkan dia harus mengubah peternakan tradisionalnya menjadi peternakan teknologi tinggi, dengan sistem serba otomatis.
Di sinilah pendidikan masa kuliahnya terpakai. Dia mengaku "tidak mengalami kesulitan" untuk menggunakan teknologi yang diimpornya dari Jerman.
"Di Sumatera Barat, kami yang pertama menggunakan sistem peternakan otomatis ini. Bahkan di seluruh Indonesia baru 3-5% yang menggunakan sistem otomatis."
Dengan sistem otomatis, suhu kandang ayam bisa diatur optimal untuk bertelur (18-20 derajat Celcius) dan pemberian pakan dilakukan oleh mesin "sehingga lebih sedikit pakan yang terbuang".
"Produktivitas meningkat drastis. Untuk ternak tradisional, di lahan dua hektar misalnya, hanya punya populasi 40.000 ekor ayam. Tapi kalau di sini (sistem otomatis), lahan dua hektar bisa menampung 350.000 ekor ayam."
Alhasil, Agung bercerita, setelah menggunakan teknologi otomatis profitnya meningkat sampai 100%.