Kisah Pemuda Minang Lulusan Australia Jadi Peternak Ayam
- bbc
"Pasti (kurang asik) tidak ada mal misalnya. Tapi karena ke Jakarta atau ke Bandung itu cuma naik pesawat, kalau mau ke sana sekarang ya gampang, kita bisa nikmati juga (gaya hidup) kota besar, walau cuma sekali-sekali."
Dengan empat tokonya, omzet usaha Heru saat ini tidak tanggung-tanggung, mencapai Rp3 miliar per bulannya.
Namun, Heru menegaskan semuanya tidak melulu soal uang. Ada kebanggaan dan kepuasan tersendiri bisa berbisnis dan berusaha di kampung halaman.
"Kita pulang ke daerah, kita tahu permasalahan daerah kita sendiri. Dan dari segi pribadi, kita lulusan sarjana yang kuliah di universitas ternama, dan kita pulang dengan kepala tegak.
"Memang banyak cibiran-sindiran mengapa harus pulang. Namun, setelah enam-tujuh tahun, saya bisa buktikan, saya ada di kampung, tetapi tak jauh kalah dengan kawan-kawan yang ada di Jawa. Mungkin bisa dibilang saya bisa lebih dari mereka," tuturnya.
Dari tenaga IT jadi peternak
Perdana Agusta, yang akrab disapa Agung, lulus jurusan IT (information technology) dari Monash University, Australia, pada 2004.
Usai lulus, di pikirannya terus berkecamuk bahwa yang menjadi hasrat hidupnya bukanlah bekerja di bidang IT murni, tetapi berbisnis.
"Kuliah itu bukan serta merta harus bekerja sesuai dengan apa yang kita pelajari. Kuliah itu untuk membangun karakter. Pembentukan pola kita berpikir, kita belajar untuk ambil keputusan, bagaimana riset, dan mengembangkan karakter diri."
Ditambah keinginannya untuk dekat dengan orang tua, Agung pun pulang ke Payakumbuh. Dia yakin, bisnis di daerah punya peluang lebih besar untuk berkembang.
"Karena di luar negeri sendiri kehidupan orang stagnan sebenarnya. Jadi, dengan penghasilan besar, biaya hidupnya juga besar.