Kisah Pemuda Minang Lulusan Australia Jadi Peternak Ayam
- bbc
Bisnis pertanian beromzet miliaran
Berbeda dengan Ahlul, Chairul Mufti, balik kampung dengan menekuni usaha yang sejalan dengan ilmu yang dipelajarinya saat berkuliah di Universitas Padjajaran, Bandung, yaitu agribisnis.
Lelaki yang lulus kuliah pada 2010 itu membuka bisnis penjualan alat dan bahan baku pertanian, misalnya benih, pupuk, pestisida, alat pemompa, cangkul dan lain sebagainya.
"Banyak teman saya waktu masih mahasiswa berpikir, setelah lulus kuliah mereka akan menjadi karyawan atau pegawai negeri sipil (PNS)," tutur pemuda yang biasa disapa Heru itu.
Apalagi mayoritas teman-teman satu jurusannya tidak ada yang bekerja di dunia pertanian. "Kebanyakan di bank, mereka gengsi kerja di pertanian. Lalu saya putuskan mengapa harus ikut orang lain?"
Dia pun memilih memulai usaha bisnis pertaniannya itu di kampung halaman, karena melihat potensinya yang masih terbuka lebar.
"Karena di daerah kami di Payakumbuh ini semua bisa tumbuh; hortikultura ada, perkebunan ada. Jadi sektor pertanian masih sangat luas."
Setelah tujuh tahun berbisnis, konsumen Heru pun tidak lagi hanya petani di Kota Payakumbuh dan kabupaten tetangga, 50 Kota, tetapi juga Bukittinggi, Padang Panjang, Solok, Pasaman, Pesisir Selatan, bahkan hingga ke Provinsi Bengkulu.
Dia pun merasa kesejahteraan lebih gampang untuk dinikmati di kampung halamannya ini.
"Kalau kita dapat penghasilan contohnya Rp50.000 di sini, kita bisa makan dan hidup untuk tiga hari. Tapi kalau di Jakarta, Rp50.000 mungkin hanya untuk sekali makan. Dan untuk menabung uang di kampung lebih baik, kita bisa menyimpan lebih banyak," tuturnya.
Namun, dirinya tidak menampik, hidup lebih empat tahun di Bandung, telah membuatnya mengenal banyak aspek gaya hidup, yang tidak bisa dirasakannya di kampung halaman.