Hujan Buatan demi Asian Games Bikin Sulit Proyek Tol Sumsel
- VIVA/Sadam Maulana
VIVA – Pembangunan Jalan Tol Kayu Agung-Palembang-Betung atau Kapal Betung di Sumatera Selatan, tidak berjalan mulus. PT Waskita Karya, sebagai kontraktor mengakui terdapat banyak kendala dalam proses pengerjaannya.
Kendala-kendala itu meliputi masalah teknis dan nonteknis, seperti perubahan cuaca yang turut memengaruhi proses pembangunan. Ditambah lagi, kondisi alam di sana yang hampir 80 persen lahan rawa dan gambut, sehingga selalu tergenang air hampir sepanjang tahun.
“Kandungan air di tanah ini yang dibuang secara berkala, membuat lapisan tanah mengalami konsolidasi atau penurunan," kata Kepala Divisi VI PT Waskita Karya, Gunadi di Palembang pada Rabu 6 Juni 2018.
Jalan Tol Kapal Betung adalah bagian dari Proyek Strategis Nasional Trans Sumatera. Jalan itu sepanjang 111,69 kilometer dan dibagi menjadi tiga seksi: Kayu Agung-Palembang 33,5 kilometer, Palembang-Musi Landas 33,9 kilometer, dan Musi Landas-Betung Panjang 44,69 kilometer.
Dengan kondisi jalan tol yang dibangun di atas rawa, kata Gunadi, proyek Tol Kapal Betung bisa mengalami penurunan konstruksi selama bertahun-tahun. Namun, jalan tol tidak boleh mengalami penurunan sebanyak sepuluh centimeter dalam sepuluh tahun.
"Jadi, dalam satu tahun tidak boleh lebih dari dua sentimeter, karena sebelum diaspal, terjadi konsolidasi," ujar.
Karena mengalami konsolidasi, proses pengaspalan dilakukan tiga lapis dan menggunakan beberapa metode, yaitu vacuum consolidation, soil preloading, pile slab, dan soil replacement.
Kondisi tanah seperti itu, ternyata memerlukan waktu pelaksanaan yang lebih lama dibandingkan konstruksi jalan tol di jalan keras. Ketersediaan material pembangunan jalan tol juga menjadi hambatan. Material tanah hanya bisa didapatkan paling dekat di Kabupaten Ogan Ilir atau harus menempuh jalan sepanjang 20 hingga 40 kilometer.
"Material batu, bahkan tidak ada di Sumsel. Jadi, kami mengirimnya dari Serang ke Palembang melewati Sungai Musi, dengan truk. Satu kilometer jalan, kita menghabiskan hingga empat ratus truk bermuatan material," ujarnya.
Akses jalan menuju ke proyek pembangunan jalan tol ini juga terbatas. Banyak jalan terputus dan harus melewati aliran sungai membuat kondisi itu menjadi hambatan besar ketiga.
Untuk mempermudah pengangkutan material ke lokasi proyek, PT Waskita Karya harus membuat jembatan dan jalan sementara di banyak titik. Hambatan keempat ialah faktor cuaca yang paling banyak memengaruhi lama atau cepat penyelesaian proyek.
Terlebih menjelang Asian Games 2018, Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan mengaplikasikan Teknologi Modifikasi Cuaca dengan menebarkan garam untuk memicu hujan. Rekayasa cuaca yang disebut juga hujan buatan itu untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan yang memang sering terjadi tiap tahun di sejumlah wilayah di Sumatra Selatan.
"Setiap tahun tidak banyak mengalami musim kemarau, jadi sulit untuk membuat jalan cepat kering dan tidak licin saat mengangkut material. Kami berupaya jalan tol sepanjang 0-40 Kilometer sudah rampung, namun mungkin baru selesai di bulan Juni 2019 karena seringnya hujan," kata Gunadi.