Importir Sapi Indonesia Sulit Penuhi Kuota Bibit
- abc
Paulus Hadi Subroto menjalankan penggemukan sapi di Sumatera Utara, yang memulai pembibitan sapi beberapa tahun sebelum protokol pemulia diperkenalkan, tetapi segera menyerah setelah menemukan bisnis perternakan terlalu mahal.
"Di Indonesia, pemuliaan sapi sama dengan biaya besar," kata Subroto.
"Kami tidak fokus pada pembibitan. Kami mengalami kerugian, mengalami beberapa masalah, kemudian memutuskan untuk tidak fokus pada pembibitan lagi."
Sekarang, dengan 20 persen kuota impor harus berupa sapi pemulia, tempat pemberian pakan Subroto dipaksa untuk memulai kembali program pemuliaan, dijalankan hanya dengan 150 betina produktif.
Protokol pemulia telah memberikan tekanan besar pada usahanya, yang juga kesulitan dengan persaingan ketat dari daging kerbau beku impor.
"Tetapi kami juga harus melihat manfaat jangka panjang dari kebijakan itu; mungkin dalam 20 atau 30 tahun ke depan Indonesia akan memiliki sistem pemuliaan sendiri," kata Subroto.
Dr Ainsworth mengatakan upaya Pemerintah Indonesia untuk mendorong penggemukan untuk membiakkan sapi tak akan berhasil sampai cara menurunkan biaya pemuliaan ditemukan.