Alasan Kenapa BI Rate Sudah Naik Rupiah Masih Loyo

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo.
Sumber :
  • Fikri Halim/VIVA.co.id

VIVA – Bank Indonesia telah menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin ke level 4,5 persen. Upaya itu dilakukan, dengan harapan nilai tukar rupiah dapat menguat. Namun, hari ini rupiah justru kembali melemah.

Dibuka Menguat, Rupiah Berpotensi Melemah Imbas Ketegangan Rusia-Ukraina

Berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), mata uang Garuda anjlok dipukul dolar ke level Rp14.107 per dolar Amerika Serikat, dari sebelumnya pada perdagangan kemarin berada di level Rp14.074.

"Kami melihat, ini adalah sesuatu hal yang ada faktor internal dan eksternal," kata Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo di Kompleks Bank Indonesia, Jumat 18 Mei 2018. 

Rupiah Loyo Pagi Ini, Nyaris Tembus Rp16 Ribu per Dolar AS

Dia menjabarkan, faktor internal yang menekan kekuatan rupiah adalah defisit neraca perdagangan RI pada April 2018, yang masih berdampak. Meski begitu, menurutnya, kenaikan nilai impor itu menunjukkan bahwa siklus perekonomian Indonesia yang kian membaik. 

"Neraca perdagangan April ada negatif US$1,6 miliar. Ini adalah reaksi dari pelaku usaha dari cycle ekonomi yang membaik, sehingga ada tekanan," katanya.

Rupiah Dibuka Menguat di Level Rp15.842 per Dolar AS

Menurutnya, koordinasi dengan pemerintah pun terus dilakukan dan telah direspons dengan berbagai upaya. Di antaranya, adalah adanya sistem perizinan one single submission, insentif pajak baik itu tax allowance dan tax holiday dan insentif untuk UMKM. 

"Ekspor ini pemerintah sudah lakukan reformasi 15 kebijakan yang dimplementasi," katanya. 

Di samping adanya tekanan di neraca perdagangan, Agus melanjutkan, aksi teror bom yang terjadi baru-baru ini juga sedikit memengaruhi, meskipun tidak berpengaruh kepada stabilitas.

"Juga, kita prihatin dengan bom dan aksi lainnya. Dan, memang kondisi seperti itu sebetulnya tidak berpengaruh kepada stabilitas. Tapi memang, ada sedikit karena (kejadiannya) beruntun. Jadi, itu kondisi domestik" katanya.

Nilai tukar Rupiah

Nilai tukar rupiah

Ekonomi AS tekan rupiah

Sementara itu, dari faktor eksternal, Agus mengatakan bahwa kenaikan suku bunga acuan BI yang diputuskan kemarin, sebetulnya sudah berdampak pada positif kepada pasar.

"Eksternal, kalau hari ini kami ikuti hasil RDG kemarin, itu market sudah price in sesuai ekspektasi pasar. Tetapi yang perlu kami waspadai adalah perkembangan di luar negeri seperti Perbaikan ekonomi AS," katanya. 

Perbaikan ekonomi AS itu, lanjutnya, juga diiringi dengan rencana Bank Sentral AS (Fed) masih menaikkan suku bunga hingga tiga kali lagi pada tahun ini. Bahkan, jika ekonomi AS terus meningkat, kenaikan suku bunga The Fed diprediksi bisa terjadi hingga empat kali dan hal ini pun juga sudah direspons pejabat Fed.

"Dan, juga yield treasury AS juga meningkat tajam. Kita tahu di April 2018 itu tahu-tahu naik di atas tiga itu membuat kaget pasar," katanya. 

Meski begitu, dia menekankan, masyarakat tak perlu khawatir. BI akan memantau perkembangan ke depan dan siap mengambil langkah jika diperlukan.

"Jadi, yang ingin kami sampaikan bahwa tidak perlu khawatir," ujarnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya