Stabilitas Keamanan Jadi Sorotan Jokowi Buat APBN 2019
- ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
VIVA – Faktor stabilitas keamanan dalam negeri menjadi perhatian Presiden Joko Widodo ketika membuka rapat kabinet terkait Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2019.
Faktor keamanan menjadi sorotan setelah tragedi bom di Surabaya, di mana pada Minggu 13 Mei 2018 tiga gereja dibom. Menyusul malamnya di sebuah rusunawa di Sidoarjo, dan Senin pagi kemarin, 14 Mei, bom bunuh diri di depan Polrestabes Surabaya.
"Agar kita juga tetap fokus menjaga stabilitas keamanan sehingga suhu kerja untuk perbaikan kesejahteraan, penurunan kemiskinan serta penciptaan lapangan pekerjaan terus dapat kita teruskan dan kita percepat, kita perbaiki," ujar Presiden Jokowi, di kantornya, Selasa, 15 Mei 2018.
Jokowi melanjutkan, terhadap kondisi ekonomi saat ini, perlu mewaspadai ketidakpastian ekonomi global. Kondisi ini, kata Jokowi, dipengaruhi oleh normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat.
"Volatilitas keuangan global yang dipicu kebijakan normalisasi moneter di Amerika Serikat telah banyak mengakibatkan depresiasi mata uang negara-negara di dunia tidak terkecuali di Indonesia," jelas Jokowi.
Indonesia, menurutnya, lebih sedikit beruntung karena masih jauh lebih baik dibanding negara lain. Meskipun Jokowi tetap meminta agar faktor AS dan China juga tetap harus diwaspadai terutama menyangkut harga minyak.
"Seperti harga minyak potensi barang dagang Amerika-Tiongkok serta kondisi geopolitik internasional juga terus harus kita waspadai. Kita juga perlu menyiapkan mitigasi ketidakpastian global ini serta antisipasi pergerakan menuju keseimbangan baru-baru ekonomi global," ujar Jokowi. (ase)