Menkeu Sri: Siapapun Presidennya Rupiah Tergantung Inflasi
- ANTARA FOTO/Hafidz Mubarok A
VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat melemah. Berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor nilai tukar rupiah pada perdagangan terkahir jumat, 11 Mei 2018 masih tercatat di angka Rp14.048 per dolar AS.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, selain faktor eksternal, pelemahan rupiah akan terjadi jika inflasi Indonesia masih berada di bawah rata-rata inflasi dunia.
"Jadi, walaupun menteri keuangannya atau siapapun presidennya, selama inflasinya kita di atas inflasi dunia maka kita pasti akan menurun (kurs) rupiahnya," kata wanita yang akrab disapa Ani itu di Jakarta, Sabtu 12 Mei 2018.
Menurutnya, jika dilihat nilai tukar rupiah yang melemah dari Rp12.000 ke Rp13.000 hingga Rp14.000 per dolar AS itu karena inflasi Indonesia yang masih lebih tinggi dari negara tetangga.
"Misal dari ASEAN, seperti Thailand inflasinya 1,5 atau 1 persen, kita 3,5 persen. Itu pun 3,5 persen sudah suatu prestasi," ujarnya.
Sebab sambung dia, inflasi Indonesia dulu biasanya berada di angka 5 persen. Angka 3,5 persen selama tiga tahun terakhir itu menurutnya sudah merupakan level yang terendah sepanjang sejarah.
"3,5 persen selama tiga tahun ini sudah the lowest in history," tegasnya.
Dia menguraikan, penyebab inflasi bisa dipengaruhi berbagai macam faktor. Misalnya saja seperti distribusi barang yang kurang. Karena, itulah menurutnya pemerintah terus melakukan pembangunan infrastruktur jalan.
"Bisa saja harga cabai itu sebetulnya di kebun cabainya murah banget, tapi pas sampai Jakarta naik tiga kali lipat hanya karena tadi transportasi. Kemudian, ada masalah perdagangan," katanya.
Selain itu, menurutnya nilai tukar rupiah karena dolar juga menguat terhadap nilai tukar mata uang negara lain.
"Selama dua minggu terakhir atau bahkan dari Januari sampai dengan Mei ini, seluruh dunia mengalami pelemahan terhadap dolar. Bahkan, bila dibandingkan Turki turunnya sudah sampai 10 persen," ujarnya.