Bos Mandiri Nilai RI Kini Lebih Siap Hadapi Fluktuasi Rupiah

Nilai tukar Rupiah
Sumber :
  • ANTARA/Zabur Karuru

VIVA – Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo angkat bicara terkait pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang saat ini hampir menyentuh angka Rp14.000.

Dibuka Menguat, Rupiah Berpotensi Melemah Imbas Ketegangan Rusia-Ukraina

Menurutnya, pelemahan yang terjadi di April ini merupakan hal yang normal karena adanya pembayaran dividen keluar negeri oleh pelaku usaha.

"Memang kalau di bulan April tekanannya lebih berat karena April Mei itu ada dividen payment besar," ujar Kartika di kantornya, Selasa 24 April 2018.

Rupiah Loyo Pagi Ini, Nyaris Tembus Rp16 Ribu per Dolar AS

Dia menjelaskan, momentum ini kemudian diperburuk dengan adanya sentimen pasar terhadap potensi Bank Sentral AS yang cenderung akan menaikan suku bunga acuannya atau Fed Fund Rate hingga lebih dari tiga kali pada 2018. 

"Jadi kami melihat juga bahwa pelemahan rupiah ini hanya sementara," tegasnya.

Rupiah Dibuka Menguat di Level Rp15.842 per Dolar AS

Karena itu, dia menganggap, pelemahan rupiah yang terjadi saat ini hanya bersifat sementara, sehingga setelah masa pembayaran dividen tersebut berakhir, nilai tukar rupiah akan bisa kembali masuk ke angka Rp13.700-Rp13.900.

"Tapi nanti begitu pembayaran dividen selesai di bulan Mei itu, biasanya tekanan neraca pembayarannya di capital account-nya menurun. Jadi rasanya nanti di mei Juni bisa di kembali lagi ke rellnya, karenanya saya rasa bisa turun lagi ke level Rp13.700 -Rp13.900," ungkapnya.

Selain itu, Kartika juga mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah saat ini juga tidak terlalu berdampak negatif terhadap nasabah-nasabahnya, khususnya para pelaku usaha ekspor-impor.

Sebab setelah krisis 1998 dan 2008 menerjang Indonesia, manajemen keuangan nasabah perbankan sudah semakin membaik, terutama dengan melakukan hedging atau lindung nilai.

"Jadi rasanya dalam 5 tahun terakhir itu disiplin nasabah besar untuk melakukan hedging sudah lebih baik. Nah itu yang memang harapannya kerana korporasi indonesia terhadap situasi dolar di tahun 1998, 2008 sudah semakin membaik. Kita sudah jauh cukup siap kalau ada fluktuasi currency," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya