Cara Jitu Pelaku Usaha Memitigasi Pelemahan Rupiah
- ANTARA/Zabur Karuru
VIVA – Nilai tukar rupiah sejak tiga hari terakhir masih terseok-seok mendekati Rp14 ribu terhadap dolar AS. Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia mencatat, rupiah terkoreksi lagi Selasa ini yaitu dibanderol Rp13.900 per dolar AS, melemah dibanding Senin kemarin Rp13.894.
Menyikapi hal tersebut, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menjelaskan pada dasarnya ada beberapa hal yang bisa dilakukan pelaku usaha maupun masyarakat untuk memitigasi atau mengurangi dampak buruk dari adanya pelemahan rupiah tersebut.
Dia mengatakan, jika untuk pelaku usaha, mitigasi bisa dilakukan dengan cara melakukan hedging atau lindung nilai terhadap utang luar negerinya, serta menyediakan pasokan dolar. Dengan begitu, ketika terjadi pelemahan rupiah, risiko terhadap kegagalan bayar utang luar negerinya tidak terlalu besar.
"Pengusaha selain itu juga harus mempersiapkan pasokan dolar sekarang, karena sebentar lagi musim pembagian dividen dan untuk pembiayaan impor juga," ujarnya saat dihubungi VIVA, Selasa 24 April 2018.
Dia mengungkapkan persiapan pasokan dolar tersebut pada dasarnya juga tidak bisa dibendung untuk mengurangi peradaran dolar di domestik, sebab aturan perekonomian Indonesia yang terlanjur liberal menyebabkan hal itu menjadi hal yang lumrah.
"Ya karena sebenarnya aturan kita liberal, enggak seperti di Thailand. Kalau sekarang ini kan pengusaha yang penting aman aja gitu ya dibandingkan nanti dolarnya lebih mahal. Cuma kalau tujuannya tadi untuk menyelamatkan rupiah," paparnya.
Simpan di Bank Domestik
Dia juga mengingatkan, pelaku usaha saat ini, khusunya eksportir, harusnya sudah secara sukarela meletakan uang hasil ekspornya di bank-bank domestik demi membantu menyelamatkan rupiah. Sebab selama ini dia menganggap pelaku usaha cenderung lebih dominan meletakan uang hasil ekspornya ke luar negeri.
"Kalau saya sih sarankan aja dari sisi pengusahanya secara sukarela untuk menaruh ke bank dalam negeri. BI juga pada dasarnya punya kebijakan yang namanya capital control, jadi itu mewajibkan devisa hasil ekspor dimasukan ke dalam perbankan minimum enam bulan, seperti di Thailand. Jadi gejolak terhadap rupiahnya tidak terlalu besar," lanjut Bhima.
Sedangkan bagi masyarakat secara umum, Bhima mengatakan, hal yang bisa dilakukan salah satunya adalah dengan mengendalikan konsumsi, terutama agar lebih memilih konsumsi barang-barang lokal, mengingat menjelang lebaran impor barang asing akan melonjak.
"Kalau menjelang Lebaran biasanya impor barang konsumsinya akan naik. Nah kita harus bisa juga untuk mengendalikan konsumsi. Terutama untuk barang-barang yang impor tersebut. Karena barang impor kalau dolarnya lagi mahal ya barang impor konsumsi ya bakal lebih mahal. Jadi kita harus bisa lebih memilih produk-produk lokal," ucapnya. (ren)