Rupiah Masih Loyo, BI Pastikan Akibat Kecemasan Global

Uang rupiah pecahan Rp100.000.
Sumber :
  • REUTERS/Thomas White

VIVA – Bank Indonesia masih memandang, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang hari ini hampir menyentuh Rp14 ribu, masih dipengaruhi kondisi ekonomi global. Utamanya, akibat antisipasi pelaku pasar terhadap kenaikan Fed Fund Rate yang cenderung akan agresif hingga naik tiga kali lebih.

Dibuka Menguat, Rupiah Berpotensi Melemah Imbas Ketegangan Rusia-Ukraina

Direktur Departemen Pengelolaan Moneter BI, Rahmatullah mengatakan, sentimen tersebut juga masih didorong oleh data-data perekonomian Amerika Serikat yang terus membaik, terutama inflasi yang diperkirakan mencapai target serta yield atau imbal hasil di global, khususnya US Treasury yang semakin mendekati tiga persen.

"Itu yang kemudian membuat nilai tukar dolar itu menguat terhadap mata uang utama dan emerging. Kemudian yield-nya juga naik tinggi, sehingga itu berimbas ke semua mata uang. Baik di mata uang utama, Japanese Yen, Eurpean euro," ujarnya di Gedung BI, Jakarta, Senin 23 April 2018.

Rupiah Loyo Pagi Ini, Nyaris Tembus Rp16 Ribu per Dolar AS

Selain itu, Rahamtullah menjelaskan, pelemahan mata uang tak cuma terjadi di Tanah Air, tetapi juga negara emerging banyak juga yang tertekan jauh lebih dalam. Seperti Turkish lira, Russian ruble, Brazil real dan seterusnya. Jadi tentunya sebagai bagian dari emerging, Indonesia tak bisa terlepas dari itu.

Meski begitu dia mengungkapkan, kemungkinan mata uang rupiah akan kembali rebound masih terbuka. Terutama bila ada statement FFR yang akan lebih dovish kedepannya serta perang dagang AS-China yang kemungkinan kembali bisa gejolak dan menghambat pertumbuhan ekonomi negara-negara maju.

Rupiah Dibuka Menguat di Level Rp15.842 per Dolar AS

Logo Bank Indonesia.

Di lain pihak, Direktur Departemen Komunikasi BI, Agusman menjabarkan, hingga saat ini, pergerakan nilai tukar rupiah secara Year to Date hanya mencapai minus dua persen, lebih baik jika dibandingkan Filipina peso minus empat persen, Thailand bath minus empat persen, Malaysia minus tiga persen, India rupee minus tiga, dan Turkish lyra minus enam persen.

"Jadi, masih banyak yang lebih parah dari kita. Kita paham banyak yang kejadian ini, tapi kita gugah untuk bersama-sama jaga rupiah kita dan kita tetap di pasar dan mudah-mudahan kita bisa menyelesaikan masalah ini, memang temporer," tegasnya.

Dia juga memastikan, Bank Indonesia akan terus berada di pasar dan terus melakukan upaya-upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai nilai fundamentalnya dan volatilitasnya bisa terjaga.

"Kita kan tetap berada di pasar, kita minta masyarakat jangan panik, ini kan karena faktor global, bukan hanya di kita, dunia juga kan tadi dijelaskan hampir semua currency. Jadi, memang kita paham dengan kejadian ini, tapi kita minta semua untuk bersama-sama dan kita tetap berada di pasar, dan kita harap bisa atasi situasi ini, karena ini faktor global," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya