Lahan Makin Sempit, REI Usul Hunian Vertikal Digugah Lagi

Ketua Umum DPP REI Soelaeman Soemawinata
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Luas daratan yang hanya sepertiga dari seluruh wilayah Indonesia, serta tingginya angka pertumbuhan penduduk membuat kebutuhan akan hunian semakin tinggi. Untuk itu, konsep hunian vertikal sudah harus mulai diperkenalkan.

Meski Terpaut 10 Tahun, Tiara Aurellie Diberi Kado Apartemen oleh Sang Kekasih

Ketua Umum Realestate Indonesia (REI), Soelaeman Soemawinata mengatakan, jumlah penduduk yang tumbuh sekitar satu persen per tahun tentu telah membuat jumlah bayi yang lahir mencapai tiga juta orang setiap tahunnya.

Menurut dia, hal itu tentunya akan membuat kebutuhan akan hunian jangka panjang semakin tinggi. Sementara itu, luas wilayah daratan di Indonesia hanya sepertiga, sehingga semakin sempit jika masih terus mendorong rumah tapak.

"Kita tahu hutan telah terekspansi, sawah terekspansi dan laut juga sudah dimanfaatkan. Tapi kita punya tugas jadi paru-paru dunia, sehingga luas daratan semakin sempit, dan itulah kenapa hunian vertikal kami kampanyekan kembali," ujar Soelaeman dalam keterangannya, Senin 23 April 2018.

ilustrasi rumah susun Kementerian PUPR

Menlu Diminta Jadi Fasilitator Penyelesaian Polemik Pembangunan Kedubes India dengan Warga Terdampak

Ia menjelaskan, kampanye hunian vertikal yang diinginkan REI saat ini tentu tidaklah High Rise Apartment atau apartemen dengan lantai 20-30, melainkan Low Rise Apartment atau apartemen dengan empat hingga lima lantai.    

Konsep ini, lanjut Eman, panggilan akrab Soelaeman, adalah hunian yang sudah ada sebelumnya di Jakarta. Yaitu seperti rumah susun di Kebon Kacang Jakarta Pusat dan Tebet di Jakarta Selatan.

"Dengan konsep ini kami usulkan ada di Pulau Jawa yang sudah padat. Sekarang hambatannya tinggal budaya di masyarakat yang masih ingin rumah tapak dan izin hunian vertikal di pemerintah daerah yang belum ada," katanya.

Eman menambahkan, dengan konsep hunian vertikal dilakukan di setiap daerah, maka diharapkan efisiensi penggunaan lahan dapat mencapai 75 persen. Selain itu, dapat menghemat penggunaan daerah serapan air lebih besar.

"Untuk mengurangi budaya beli rumah tapak, tentu perlu sosialisasi dan beberapa konsep baru nantinya. Jadi, nantinya orang bisa tetap cocok tanam dan lain-lain tanpa khawatir tinggal di tempat tinggi," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya