Jasa Marga Ungkap Alasan Proyek Tol 500 Km Dikebut

Pembangunan jalan tol Cinere-Jagorawi (Cijago) seksi II
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

VIVA – Pemerintah tengah gencar membangun banyak jalan tol baru. Bahkan, dari tahun ini hingga 2019, proyek-proyek tol baru dengan panjang total 500 km lebih sudah harus selesai, sehingga kudu kerja cepat.

Bus Pariwisata Terbakar di Tol Wiyoto Wiyono, 58 Anak TK Berhasil Diselamatkan

Demikian ungkap Direktur Utama Jasa Marga, Desi Arryani, kepada para mahasiswa. Dia berbicara di acara PUPR Goes to Campus yang diselenggarakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)
di Universitas Mercu Buana, Meruya, Jakarta Barat, Jumat 20 April 2018.

Dalam paparannya di hadapan mahasiswa, Desi menceritakan, bagaimana Jasa Marga berperan sebagai BUMN yang pembangun jalan tol di Tanah Air. Diungkapkannya, alasan percepatan pembangunan infrastruktur yakni tol, lantaran Indonesia telah tertinggal dibanding negara lain.

Tol Bogor-Serpong Via Parung Ditarget Beroperasi 2029, Jasa Marga Kantongi Saham 26%

"Sehingga, pada tahun 2005 sampai tahun 2016 itu, kita membangun jalan tol hanya 80 kilometer. Nah, tahun lalu, selama satu tahun 2017, 80 km juga," kata Desi di Jakarta, Jumat 20 April 2018.

Percepatan itu, menurutnya, tidak berhenti di situ. Pada tahun ini, pihaknya menargetkan sepanjang 300 km jalan tol terbangun, dan pada 2019, ditargetkan lebih dari 200 km jalan tol terbangun.

Tarif Tol Jakarta-Tangerang Naik Dalam Waktu Dekat, Segini Besarannya

"Jadi, kami mengejar ketertinggalan, khususnya di bidang jalan tol," katanya.

Ganjil Genap

Menurut Desi, pihaknya tidak hanya cukup mengejar ketertinggalan pembangunan. Dia mengklaim, terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat seperti pengurangan kemacetan melalui percepatan sistem pembayaran non tunai hingga kebijakan ganjil genap.

"Kami mengejar tidak cukup ke situ. adik-adik mungkin banyak dongkol karena jalan tolnya macet, kami meningkatkan pelayanan. memang tidak mudah, karena mobil bertambah terus," katanya.

Menurutnya, hal itu berhasil dilakukan pada tahun lalu, dari awalnya pengguna non tunai hanya 30 persen. Saat ini, meningkat drastis hingga 100 persen.

"Pak menteri menegaskan ke kami harus non tunai. dalam empat bulan yang awalnya 30 persen sekarang jadi 100 persen. Ini memang enggak mudah, tetapi juga enggak susah. Kenapa harus ada elektronifikasi? Itu akan mengurangi kemacetan," ujarnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya