Jokowi Kritisi Dampak Revolusi Industri Versi McKinsey

Jokowi di acara Indonesia Industrial Summit (IIS) 2018
Sumber :
  • VIVA/Agus Rahmat

VIVA – Saat membuka Indonesia Industrial Summit (IIS) tahun 2018 dan peluncuran Making Indonesia 4.0 di Jakarta Convention Center, Presiden Joko Widodo sempat menyinggung penelitian yang dilakukan oleh McKinsey Global Institute.

'Smart Mining' di Industri Pertambangan

Presiden memulai dengan hasil riset McKinsey Global Institute pada 2015. Riset itu menyebutkan, dampak dari revolusi industri 4.0 ini sangat dahsyat.

"Dampaknya akan tiga ribu kali lebih dahsyat dari revolusi industri pertama di abad 19. Bayangkan," kata Presiden Jokowi, Rabu 4 April 2018.

Dunia Terus Berubah, Inovasi Tak Bisa Ditawar-tawar

Masih mengutip McKinsey Global Institute, kecepatan perubahan dari revolusi industri 4.0 sepuluh kali lebih cepat. Sementara itu, dampaknya, 300 kali lebih luas dari revolusi industri pertama.

Menurut Presiden Jokowi, inilah yang harus dipahami dan diantisipasi bersama. Jokowi mengatakan, perubahan-perubahan yang cepat dan berdampak sangat luas itu, akan terjadi juga di Indonesia. Dan Presiden sangat mempercayai itu.

Kemenperin Kembali Gelar Acara Penghargaan RINTEK

"Dari laporan-laporan yang saya terima termasuk dari menteri Perindustrian dan saya percaya itu. Saya percaya bahwa dampak dari revolusi industri 4.0 ini akan tiga ribu kali lipat dari dampak revolusi industri pertama sekitar 200 tahun yang lalu," jelas Jokowi.

McKinsey Global Institute pada November 2017, kemudian melanjutkan risetnya. Lalu, menganalisis bahwa dampak dari revolusi industri 4.0 juga akan membuat 800 juta lapangan pekerjaan hilang. Artinya, 800 juta pekerja yang bekerja di sektor itu, akan kehilangan pekerjaannya.

Lapangan kerja sebanyak itu akan hilang, dimulai dari sekarang hingga berproses dan puncaknya pada 2030. Sebanyak 800 juta lapangan kerja hilang dan 800 juta orang menjadi pengangguran. Analisis itu muncul, karena lapangan kerja itu diambil alih oleh mesin dan robot.

Namun, untuk analisis ini, Jokowi memilih tidak mempercayai lembaga McKinsey Global Institute tersebut.

"Nah, kalau yang ini saya enggak percaya, enggak percaya kalau yang ini. Kalau yang pesimis-pesimis saya enggak percaya. Atau paling enggak rada percaya," kata Jokowi.

Justru, mantan gubernur DKI Jakarta ini melihat, revolusi industri 4.0 ini malah membuka lapangan kerja baru. Jumlahnya, bahkan sangat banyak dan lebih banyak dibandingkan 800 juta lapangan kerja yang hilang berdasarkan analisis McKinsey Global Institute.

"Jadi, ketidakpercayaan saya tadi saya ganti dengan ini. Saya percaya bahwa revolusi industri 4.0 akan melahirkan jauh lebih banyak lapangan kerja baru daripada jumlah lapangan kerja yang dikatakan McKinsey Global Institute akan hilang," tutur Jokowi.

Maka menurut Presiden, revolusi industri 4.0 harus disikapi dengan baik. Bahwa, Jokowi meyakini, kalau itu sebagai peluang dan seandainya bisa dimanfaatkan, maka akan jauh lebih baik. Meski juga harus disadari, revolusi industri 4.0 ini juga diakui Jokowi bisa menjadi ancaman.

"Apakah revolusi industri 4.0 sebuah peluang besar, jawaban saya iya. Kalau kita mempersiapkan, merencanakan, dan bisa mengantisipasi ini. Apakah revolusi industri 4.0 ini sebuah ancaman? Menurut saya jawabannya ya dan tidak. Bisa iya, bisa tidak. Tergantung kita," katanya.

Dies Natalis ke-68 IPDN

Rektor IPDN Mendorong Kesiapan Hadapi Revolusi Industri

Untuk menghadapi tantangan tersebut, Rektor IPDN tersebut menjelaskan perlunya pembentukan kelembagaan pemerintahan digital beserta sumber daya manusia yang kompeten.

img_title
VIVA.co.id
18 Maret 2024