Diam-diam Cahaya di Pedalaman Papua Bersinar Terang
- dok. Kementerian PUPR
VIVA – Saat seluruh penduduk Indonesia sibuk dengan hiruk pikuk perebutan kekuasan raja-raja kecil di daerah, cahaya dari tawa dan senyum pedalaman Papua justru perlahan mulai bersinar cerah.
Kini tak ada lagi anak-anak di desa-desa terpencil Papua belajar dalam kegelapan di malam hari. Bahkan, mereka kini bisa merajut impian, membangun harapan untuk masa depan lebih baik.
Ya hal itu, karena upaya yang dilakukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang terus bekerja dalam keriuhan politik dalam negeri guna mengejar rasio elektrifikasi nasional sebesar 99 persen pada 2019.
Presiden Joko Widodo menugaskan Kementerian ESDM menerangi desa-desa Terluar, Tertinggal dan Terdepan (3T). Berbagai upaya dilakukan, seperti persiapkan teknologi hingga mencari cara agar listrik bisa berkelanjutan.
Bahkan, Menteri ESDM Ignasius Jonan pun terus membayangkan bagaimana kabel listrik milik PT PLN (Persero) bisa masuk ke desa-desa 3T dan kemudian bagaimana masyarakat di daerah itu bisa membayar listrik.
"Coba bayangkan bagaimana caranya kita menagih uang listrik ke rumah-rumah seperti ini?," tegas Jonan dalam sebuah diskusi di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Rumah di pedalaman Papua. (Foto: dok. ESDM)
Ia pun mengungkapkan, meski rasio elektrifikasi nasional terus meningkat atau mencapai 95,3 persen pada 2017, namun tetap saja masih menyisakan sekitar 4 persen rakyat Indonesia atau 10 juta jiwa belum menikmati listrik.
Untuk itu, berbagai upaya dilakukan meski pemerintah telah memutuskan untuk tidak akan menaikkan tarif tenaga listrik hingga 2019. Yaitu dengan mendorong kontribusi energi baru terbarukan.
"Kita akan bekerja keras agar mereka bisa menikmati listrik seperti saudara mereka di wilayah lain," ucap Jonan.
Ia menambahkan, saat ini masih ada 2.519 desa di seluruh Indonesia yang sama sekali belum menikmati listrik. Ada hampir 400 ribu jiwa yang masih hidup dalam gulita. Mereka ada di Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, NTT, NTB dan kawasan 3T lainnya.
Secara geografis desa-desa itu sangat sulit dijangkau jaringan listrik PLN. Sehingga, untuk daerah itu ESDM melaksanakan program pra elektrifikasi, yaitu membagikan gratis paket Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE).
Komponen utama LTSHE adalah satu panel surya, lithium battery, dan empat lampu LED. Inilah wujud konkret kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran yang saat ini diberlakukan ESDM.
Empat lampu LED itu masing-masing 3 watt, setara 25 watt lampu pijar, atau total setara 100 watt lampu pijar. Nyala lampu bisa diatur redup, sedang, dan terang.
LED ini bisa bertahan antara enam jam (terang) sampai 60 jam (redup). Lampu bisa dilepas untuk aktivitas malam hari di luar rumah dan pemeliharaan sangat mudah.
Seorang warga Papua saat menikmati lampu dari Kementerian ESDM. (Foto: dok. ESDM)
Adapun pada tahun anggaran 2017 telah dibagikan paket LTSHE untuk 79.564 rumah di 1.027 desa di lima provinsi. Tahun 2018 akan dibagikan paket LTSHE untuk 167.064 rumah di 1.230 desa, tersebar di 18 provinsi.
Sedangkan, untuk desa-desa belum berlistrik lainnya akan diterangi melalui program Listrik Pedesaan yang akan dilakukan oleh PT PLN.
"Menghadirkan listrik adalah menghadirkan harapan akan kemajuan dan kesejahteraan. Pembangunan ketenagalistrikan nasional harus merata ke seluruh pelosok Tanah Air, dengan tarif yang terjangkau oleh rakyat, dan mencerminkan semangat keadilan sosial," tutup Jonan.